Persija Jakarta
Sejarah Jakarta, Awal Mula The Jakmania, Gugun Gondrong Salah Satu Pendiri
The Jakmania didirikan secara resmi pada 19 Desember 1997 melalui deklarasi yang dihadiri 40 orang di Graha Wisata Kuningan, Jakarta.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Klub sepak bola tanpa suporter bagai masakan tanpa garam.
Pada sejarah Jakarta, hal itu yang cocok menggambarkan Persija dengan The Jakmania.
Diketahui semarak suporter bola di Indonesia sudah berlangsung puluhan tahun lamanya.
Bukan hanya tim nasional, fanatisme suporter sepak bola di Indonesia juga merambah ke klub-klub sepak bola daerah.
Misalnya saja Klub Persija memiliki suporter yang dinamai The Jakmania. Saking eratnya, The Jakmania juga terikat dengan sejarah Jakarta.
The Jakmania memiliki ciri khas dengan atribut berwarna oranye.
Pada sejarah The Jakmania, klub sepak bola itu juga memiliki nyanyian, koreografi, dan kreasi visual ketika mendukung Persija tampil di lapangan.
Aksi penuh kreativitas dari barisan suporter The Jakmania, pun, menjadi bagian menarik dari perhelatan laga kandang Persija.
Lalu bagaimana awal kisah terbentuknya organisasi suporter resmi Persija Jakarta, klub juara Liga 1 2018 tersebut?
Pada sejarah The Jakmania, proses terbentuknya organisasi suporter Persija Jakarta, The Jakmania, berawal dari pandangan seorang suporter bernama Tauhid Ferry Indrasjarief.
Hal itulah yang membuat nama Ferry Indrasjarief dikenal sebagai pendiri The Jakmania.
Ketika itu, Ferry Indrasjarief menilai Persija tidak memiliki wadah suporter memadai ketika berkompetisi di Liga Indonesia pada 1997.
Ferry indrasjarief menyebut The Jakmania sebagai wadah pendukung untuk belajar mencintai Jakarta.
The Jakmania didirikan secara resmi pada 19 Desember 1997 melalui deklarasi yang dihadiri 40 orang di Graha Wisata Kuningan, Jakarta.
Berdirinya organisasi suporter The Jakmania mendapat dukungan penuh dari pengurus klub Persija Jakarta ketika itu.
Baca juga: Laga Persib Bandung Vs Persija Ditunda Imbas Tragedi Stadion Kanjuruhan, Bobotoh Legawa