Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta: Masjid Istiqlal Dibangun Selama 17 Tahun, Didesain Orang Batak Bermarga Silaban
Masjid Istiqlal digagas oleh Menteri Agama RI pertama KH Wahid Hasyim yang juga merupakan ayah dari Presiden keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Masjid Istiqlal menjadi masjid kebanggaan umat muslim Jakarta bahkan Indonesia.
Masjid yang terletak di Pusat Kota Jakarta itu erat kaitannya dengan Sejarah Jakarta.
Pada Sejarah Masjid Istiqlal, masjid tersebut digagas oleh Menteri Agama RI pertama KH Wahid Hasyim yang juga merupakan ayah dari Presiden keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Selain itu beberapa Ulama mengusulkan untuk mendirikan Masjid yang mampu menjadi simbol bagi Indonesia.
Pada tahun 1953, KH. Wahid Hasyim, selaku Menteri Agama RI pertama bersama H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan dan dibantu sekitar 200 tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman mengusulkan untuk mendirikan sebuah yayasan.
Pada tanggal 7 Desember 1954 didirikanlah yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut.
H. Tjokroaminoto menyampaikan rencana pembangunan masjid pada Ir. Soekarno.
Mendengar usul tersebut ternyata mendapatkan sambutan hangat dan akan mendapat bantuan sepenuhnya dari Presiden Soekarno.
Kemudian sejak tahun 1954 oleh panitia diangkat menjadi kepala bagian teknik pembangunan Masjid Istiqlal, dan beliau juga menjadi ketua dewan juri untuk menilai sayembara market Istiqlal.
Penentuan Lokasi Masjid Istiqlal
Penentuan lokasi Masjid sempat menimbulkan perdebatan antara Bung Karno dan Bung Hatta yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI.
Bung Karno mengusulkan lokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran.
Sementara Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu disekitarnya banyak dikelilingi kampung-kampung.
Selain itu ia juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit.
Baca juga: Sejarah Jakarta, Terungkap Total Berat Emas Murni yang Lapisi Tugu Monas
Namun akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun di lahan bekas benteng Belanda.
Hal ini karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.
Pada sejarah Masjid Istiqlal kemudian dibentuklah Dewan Juri sayembara maket Masjid Istiqlal untuk menentukan arsitek Masjid Istiqlal.
Dewan Juri sayembara maket Masjid Istiqlal, terdiri dari para arsitek dan ulama terkenal.
Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955.
Baca juga: Sejarah Jakarta, Sarinah, Mal Pertama dan yang Punya Eskalator di Indonesia
Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta.
Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.
Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:
Pemenang Pertama: Frederich Silaban dengan disain bersandi KETUHANAN
Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi ISTIGFAR
Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi SALAM
Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi ILHAM
Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi KHATULISTIWA dan NV. Associatie dengan sandi LIMA ARAB
Baca juga: Sejarah Jakarta, Makna Bundaran HI dan Tugu Selamat Datang yang Berada di Jantung Ibu Kota Jakarta
Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai pemenang pertama.
Uniknya Frederich Silaban merupakan seorang Kristen Protestan asal Tanah Batak.
Putra Friedrich, Panogu Silaban, mengisahkan awal mula sang ayah memutuskan untuk ikut sayembara tersebut.
Dia menjelaskan bahwa Friedrich Silaban, yang memiliki kedekatan ke Soekarno, meminta izin sang Presiden untuk turut berpartisipasi pada sayembara.
"Dia (Friedrich) pernah bertanya kepada Soekarno langsung: 'Ini mau ngadain sayembara Istiqlal loh? Saya ikut enggak ya?' Mereka memang dekat ya. Lalu (Soekarno jawab): 'Tapi kalau ikut harus pakai nama samaran. Kalau enggak, enggak ada yang mau milih'," kata Panogu dalam wawancara dengan tayangan SINGKAP Kompas TV pada akhir Februari 2018.
Dijelaskan Panogu, ayahnya memang kerap mengikuti sayembara dengan nama samaran berupa moto. Di sayembara pembangunan Masjid Istiqlal, F Silaban memakai nama Ketuhanan.
"Setiap kali sayembara itu pakai nama-nama samaran, motto istilahnya.
Pernah ada satu sayembara, (Friedrich) pakai (nama) 'Bhinneka Tunggal Ika' motonya. Juga pernah pakai 'Kemakmuran'. Lalu, untuk Istiqlal ini motonya 'Ketuhanan'," paparnya.
Kemudian F Silaban ditetapkan sebagai pemenang desain sayembara Masjid Istiqlal.
Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah.
Desain Masjid Istiqlal-lah yang membuat Friedrich mendapat tanda kehormatan dan tanda jasa dari pemerintah.
Dia pun menjadi arsitek favorit Soekarno. Bahkan, sang Presiden kerap ingin bertamu ke rumah Friedrich di Bogor.
Pembangunan
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pemancangan tiang pertama Masjid Istiqlal disaksikan oleh ribuan umat Islam.
Namun, pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar.
Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan.
Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif.
Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing.
Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali.

Setelah situasi politik mereda, pada tahun 1966, Menteri Agama KH. Muhammad Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini.
Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun.
Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978 ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam.
Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp7 miliar dan US$. 12.000.000.
Kemudian untuk pertama kalinya pada tahun 2020 Masjid Istiqlal direnovasi besar-besaran.
Renovasi Masjid Istiqlal diresmikan oleh Presiden Jokowi.
Kini masjid itu bukan hanya menjadi tempat ibadah namun juga tempat kegiatan umat muslim mulai dari berdagang dan berkomunitas.