Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta, TMII Diresmikan 20 April 1975, Awalnya Diusulkan Dibangun dekat Hotel Indonesia
Lokasi TMII sendiri terletak di Ceger, Cipayung, Jakarta Timur dekat dengan RS Haji dan Terminal Kampung Rambutan.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Taman Mini Indonesia Indah atau TMII menjadi tujuan utama wisata warga Indonesia saat ke Jakarta. Wisata TMII melekat dengan Sejarah Jakarta.
Lokasi TMII sendiri terletak di Ceger, Cipayung, Jakarta Timur dekat dengan RS Haji dan Terminal Kampung Rambutan.
Pada Sejarah TMII, lokasi wisata terbesar di Indonesia itu digagas oleh istri Presiden ke-2 Soeharto, Siti Hartinah atau yang karib disapa Ibu Tien Soeharto.
Gagasan pembangunan TMII disampaikan Ibu Tien Soeharto pada rapat pengurus YHK di Jalan Cendana No. 8, Jakarta.
Ia mengusulkan untuk dibangunnya Miniatur Indonesia.
Dikutip dari situs resmi TMII, bentuk dan sifat isian proyek TMII berupa bangunan utama bercorak rumah-rumah adat yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian, kekayaan flora-fauna, dan benda budaya lain dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia.
Gagasan itu dilandasi oleh suatu keinginan untuk membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air, serta untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.
Gagasan tersebut makin mantap setelah Ibu Tien selaku ibu negara menyertai perjalanan kerja Presiden Soeharto ke berbagai negara.
Pada sejarah TMII, suatu hari, Ibu Tien mendapat kesempatan mengunjungi obyek-obyek wisata di luar negeri, diantaranya Disneyland Amerika Serikat dan Timland di Muangthai.
Kunjungan Tien Soeharto ke obyek-obyek wisata tersebut mendorong untuk mewujudkan ide ke dalam suatu proyek dengan membuat taman tempat rekreasi yang mampu menggambarkan kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuknya yang mini.
Baca juga: Sejarah Jakarta: Asal Usul Ancol yang Sudah Diincar jadi Tempat Wisata Sejak Abad ke 17
Kemudian pada 30 Januari 1971 tepatnya pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara, yang juga dihadiri oleh Presiden Rl, Ibu Tien Soeharto dengan di dampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur Indonesia "Indonesia Indah" di depan umum.
Dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto menugaskan Nusa Consultants untuk membuat rencana induk dan studi kelayakan.
Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.
Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara berkesinambungan.
Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, Bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants.
Berikut pembuatan jalan dan penyediaan kavling tiap-tiap bangunan. Sementara rancangan bangunan lain, seperti bangunan khas setiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek.
Nusa Consultants hanya membantu menjaga keserasian keseluruhannya.
Baca juga: Sejarah Jakarta: Masjid Istiqlal Dibangun Selama 17 Tahun, Didesain Orang Batak Bermarga Silaban
Sebelum menempati lokasi sekarang, TMII pernah diusulkan dibangun di kawasan lain yakni Waduk Melati dekat Hotel Indonesia di Menteng, Jakarta Pusat; kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat; dan Sunter, Jakarta Utara.
Namun, ketiga lokasi itu tidak cukup luas untuk membangun TMII.
Kemudian Gubernur Jakarta kala itu Ali Sadikin atau yang karib disapa Bang Ali mengusulkan agar TMII dibangun di wilayah pinggiran Jakarta.
Usulan Bang Ali selanjutnya disampaikan Ibu Tien kepada Brigjen TNI Herman Sarens Sudiro.
Herman dikenal sebagai komandan korps Hankam sekaligus merangkap project officer pembangunan TMII.
Saat itu, Herman juga baru membereskan pembebasan lahan untuk pembangunan markas besar ABRI di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur.
Menanggapi usulan Bang Ali, Herman kemudian mengusulkan TMII dibangun di kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur. Herman juga meyakinkan Ibu Tien tentang potensi kawasan Bambu Apus.
Pembangunan TMII sempat menuai kritikan karena dianggap sebagai pemborosan anggaran.
Namun, pembangunan TMII tetap berjalan selama pemerintahan Presiden Soeharto.
Ibu Tien mengatakan pembangunan miniatur Indonesia itu menelan dana sebesar Rp 10,5 miliar.
Dana pembangunan TMII seharusnya dibebankan kepada pihak swasta dan pengusaha.
Namun, skema pendanaan itu menjadi ganjil karena provinsi juga ikut menanggung 16 persen dari total biaya pembangunan.
Meski menuai kritikan publik, TMII terus dibangun dan diresmikan pada 20 April 1975.
Baca juga: Sejarah Jakarta, Terungkap Total Berat Emas Murni yang Lapisi Tugu Monas
Kemudian untuk pertamakalinya, pada Januari 2022, TMII direnovasi oleh Presiden ke-7 RI Jokowi.
Kini renovasi TMII telah rampung seluruhnya pada akhir tahun 2022.
Renovasi itu meliputi area penataan bangunan seluas 7,71 hektar dan kawasan 26,56 hektar.
Renovasi ini dilaksanakan oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) DKI Jakarta Metro senilai Rp 1,08 triliun.
Ruang lingkup pekerjaan meliputi penataan area gerbang utama, renovasi koridor utama Sasono Utomo, Sasono Langgeng Budoyo, dan Sasono Adiguno yang dilaksanakan oleh kontraktor PT Pembangunan Perumahan (PP) senilai Rp 167,4 miliar.