Revitalisasi Halte
Walau Megah, Namun Pengamat Anggap Halte Tosari Telah Merusak Tata Kota dan Abaikan Nilai Sejarah
Walaupun megah dan ciamik,Pengamat anggap Halte Tosari dan Halte Bundaran HI telah merusak tata kota dan mengabaikan nilai sejarah
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Lilis Setyaningsih
Akibatnya, biaya pembangunan dan pemeliharaan yang digelontorkan menjadi lebih mahal, padahal tak sepadan dengan kepentingannya.
"Lebih baik dana yang ada digunakan untuk merevitalisasi seluruh halte bus Transjakarta yang sudah mulai kusam dan keropos, itu jauh lebih penting," jelas Nirwono.
Di akhir, penulis buku 'Trotoar untuk Kota Berkelanjutan' itu, berpesan agar pembangunan halte dikembalikan fungsinya seperti semula.
Mengedepankan bentuk sederhana tetapi dengan desain arsitektur yang menarik, sehingga dapat menambah nilai estetika kota tanpa harus merusak tatanannya.
Baca juga: Transjakarta Acuhkan Rekomendasi Tim Ahli Bangunan Gedung soal Pembangunan Halte di Bundaran HI
Sementara itu, Pengamat Perkotaan lain, Yayat Supriatna mengatakan, pihaknya sudah memprotes upaya revitalisasi halte tersebut kepada Gubernur DKI Jakarta saat itu, jauh sebelum rampung diselesaikan.
Namun, kata Yayat, para pengelola tersebut tetap kekeh dan tidak mengikuti prosedur yang benar. Sehingga, ia malas berkomentar lebih lanjut.
"Sudah lebih dari satu tahun yang lalu kami protes terkait bangunan ini. Sudah dipanggil, diajak diskusi, tetapi mereka tetap kekeh dengan pendiriannya," ujar Yayat saat dihubungi, Kamis (1/12/2022).
"Jadi kami mau merespon lagi juga bagaimana? orang bangunannya sudah jadi," tekan Yayat.
Sementara itu, saat ini Halte Tosari sudah masuk ke dalam tahap akhir atau finishing, namun belum dapat dioperasionalkan.
Untuk informasi, halte Tosari akan melayani perjalanan tujuan Blok M, Pal Merah, Bundaran Senayan, Ragunan Via Semanggi, Pasar Minggu, dan Puri Beta.
Selain itu, perjalanan tujuan Kota, TU Gas, Monas, Tanah Abang, dan Pulogadung, turut dilayani.(m40)