Penculikan Anak

Sosok Polisi yang Bebaskan Korban Penculikan di Ciledug, Pernah Ungkap Kasus Sadis di Kalbar

Kasus penculikan bocah 6 tahun oleh pemulung, berhasil diungkap oleh Polres Metro Jakarta Pusat. Korban dalam keadaan selamat

Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Ign Prayoga
TribunTangerang.com/Nuri Yatul Hikmah
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Komarudin, menunjukkan foto pelaku penculikan bocah 6 tahun di Gunung Sahari, Sawah Besar, Jakarta Pusat. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Kasus penculikan bocah 6 tahun oleh pemulung, berhasil diungkap oleh Polres Metro Jakarta Pusat.

Pelaku penculikan adalah Iwan Sumarno, mantan narapidana kasus pencabulan anak. Iwan Sumarno dihukum penjara 7 tahun dan bebas 2021 lalu.

Setelah bebas, Iwan menjadi pemulung. Dia menarik gerobak berukuran kurang lebih 120 x 80 cm dan berkeliling ke berbagai tempat.

Iwan Sumarno memiliki banyak nama samaran. Orangtua korban penculikan mengenalnya sebagai Yudi sementara di kalangan pemulung dia disapa Herman.

Iwan Sumarno merupakan warga Cilincing, Jakarta Utara. Warga setempat mengenalnya sebagai Jacky, pernah menikah dengan seorang perempuan sesama warga Cilincing hingga cerai beberapa tahun lalu.

Iwan Sumarno yang memiliki banyak nama dan tinggal berpindah-pindah tempat, menjadi salah satu tantangan polisi untuk menemukan dia.

Namun berkat kegigihan Polrestro Jakarta Pusat, kasus penculikan ini terpecahkan.

Malika, korban penculikan ditemukan dalam keadaan selamat.

Berikut ini sosok polisi yang memimpin penyedilikan kasus penculikan yang menimpa Malika.

1. Kombes Komarudin

Kombes Komarudin adalah Kapolres Metro Jakarta Pusat yang menjabat sejak April 2022.

Sebelumnya, Komarudin merupakan Kapolres Metro Kota Tangerang. Hanya sekitar tiga bulan bermarkas di Kota Tangerang, Komarudin diberi amanah menjadi Kapolres Jakarta Pusat.

Komarudin merupakan lulusan Akpol tahun 1997. Pria kelahiran 2 Juni 1975 itu pernah menjabat sebagai Kasubdit Regiden Ditlantas Polda Banten dan menjabat sebagai Kapolres Serang Kota pada 2016.

Komarudin juga pernah menjabat sebagai Kapolresta Pontianak, Kalbar.

Ketika menjadi Kapolresta Pontianak, Komarudin membongkar kasus pembunuhan sadis sadis terhadap ibu dan anak di Kecamatan Pontianak Timur, pada September 2020.

Pelaku pembunuhan yakni suami korban.

Polresta Pontianak di bawah kepemimpinan Komarudin juga pernah mengungkap 27 kasus prostitusi anak sepanjang tahun 2020.

2. AKBP Gunarto.

AKBP Gunarto adalah Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat.

Sebelumnya, Gunarto merupakan Kapolsek Menteng yang wilayah kerjanya mencakup Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Wilayah Menteng memiliki karakteristik yang khas. Menteng membawahi wilayah hunian para pejabat tinggi di antaranya wakil presiden, pejabat tinggi TNI, mantan pejabat, duta-duta besar negara sahabat, dan yang lainnya.

Wilayah Menteng juga membawahi kawasan perkantoran pemerintah, kantor kedutaan negara-negara sahabat, kantor-kantor perusahaan nasional maupun asing, dan lembaga-lembaga lainnya.

Dinamika masyarakat yang sering dilayani Polsek Menteng adalah aksi unjuk rasa. Aksi-aksi unjuk rasa bisa menyasar kantor pemerintahan, swasta, maupun lembaga asing.

Salah satu kejadian yang viral ketika Gunarto berpangkat Kompol dan menjabat sebagai Kapolsek Menteng adalah aksi unjuk rasa warga asal Afghanistan.
Mereka berunjuk rasa ke kantor lembaga internasional yang mengurusi para pengungsi.

Pada satu kesempatan, Gunarto bersimpuh memohon agar pencari suaka bersama anak-anak mereka tidak tidur di jalan raya di depan kantor UNCHR, 24 Agustus 2021.

Pihak kepolisian terpaksa membubarkan massa karena demo ini menimbulkan kerumunan di tengah penerapan PPKM Level III Jakarta.

gunarto menteng
Kapolsek Menteng Kompol Gunarto memohon pengunjuk rasa tidak melibatkan anak-anak dalam aksi unjuk rasa.

Pihak kepolisian juga meminta kepada para pencari suaka agar tidak melibatkan anak-anak dalam aksi unjuk rasa di depan kantor UNHCR.

Saat itu, para pencari suaka ini meminta pihak UNCHR dapat segera menerbangkan mereka ke negara ketiga. Mereka mengaku telah hidup tanpa kepastian di Indonesia selama hampir satu dasawarsa.

Mereka meminta diterbangkan ke negara ketiga terlebih negara mereka yaitu Afghanistan dinilai sedang tidak aman dengan adanya penguasaan Afghanistan oleh Taliban.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved