Kemelut PO Haryanto

Armada Haryanto Dijuluki Raja Cipali, Awalnya Operasikan Angkot Rute Serpong-Kalideres

Haryanto awalnya merupakan juragan angkot yang kemudian merambah ke bisnis bus AKAP.

Editor: Ign Prayoga
TribunTangerang.com/Raka Pujangga
Haji Haryanto, pendiri dan pemilik PO Haryanto. Haji Haryanto dulunya adalah anggota TNI AD yang bertugas di wilayah Tangerang. Saat masih berdinas di TNI, Haryanto merintis usaha angkutan kota (angkot) dan sukses. Haryanto kemudian beralih ke bisnis bus AKAP. 

TRIBUNTANGERANG.COM, KUDUS - Di bisnis bus antar kota antar provinsi (AKAP), Haji Haryanto adalah sosok fenomenal.

Merintis dari usaha angkot di Tangerang, Banten, bisnis transportasi Haji Haryanto kini berkembang pesat.

Haryanto adalah anggota TNI yang mulai terjun ke bisnis angkot.`Usaha tersebut ternyata mendatangkan keuntungan.

Jumlah angkot berlipat ganda dan Haryanto jadi juragan angkot tanpa meninggalkan pekerjaan sebagai prajurit TNI.

Hingga awal tahun 2000, angkot milik Haryanto merajai jalur Serpong-Kalideres yang merupakan jalur favorit.

Sekitar tahun 2002, Haryanto mulai beralih ke sektor bus AKAP. Awalnya dia membuka rute Jakarta-Kudus, tanah kelahirannya.

Haryanto tak gentar menghadapi pemain lama di jalur tersebut seperti Pahala Kencana, Nusantara, Santika, Bejeu, Garuda Mas, dan yang lainnya.

Keputusan Haryanto beralih ke sektor bus AKAP sangat tepat. Bisnis angkot kian meredup sedangkan bisnis bus AKAP semakin moncer seiring pertumbuhan jalan tol.

Haryanto meraih sukses. Armadanya membesar dan rutenya bertambah banyak. Bus yang berciri khas gambar Menara Kudus dan tokoh wayang Werkudara ini melayani kota-kota di pantura Jateng dan Jatim, hingga kota-kota di wilayah tengah dan selatan.

Haryanto menjadikan jalan tol dari Jabodetabek hingga Cipali sebagai jalur utama. Armada Haryanto juga identik sebagai bus kencang hingga dijuluki Raja Cipali.


Menurut Rian Mahendra, anak Haji Haryanto yang menjadi Manajer Operasional PO Haryanto di sebuah vlognya, hingga semester pertama 2021, Haryanto mengelola hampir 300 unit bus AKAP.

Haji Haryanto menanamkan nilai-nilai agama pada bisnis transportasinya.

Hal itu dia terapkan kepada awak bus, mekanik, karyawan lain, serta ke penumpang dan masyarakat.

Setiap tahun, Haji Haryanto menyediakan tiket umrah untuk pengemudi yang berprestasi dan rajin beribadah.

Setiap tahun pula, saban 1 Muharram, Haji Haryanto menggelar santunan anak yatim dan pentas wayang kulit, kesenian tradisional yang menjadi kegemarannya sejak muda.

Sanksi

Haji Haryanto menanamkan nilai-nilai agama ke karyawannya yang muslim dengan mengajak mereka tidak meninggalkan salat.

Di garasi sekaligus kantor pusat PO Haryanto di Jalan Lingkar, Ngembal Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, terpampang spanduk berisi pesan untuk mendirikan salat.

Bunyinya, ‎'Bila hidupmu susah, tengoklah, sudah benarkah shalat jamaahmu.'

"(Karyawan) yang rajin ibadahnya saya beri hadiah umrah. Sudah banyak pegawai dan sopir yang saya berangkatkan," kata Haji Haryanto kepada reporter Tribun Jateng, Raka F Pujangga, di kantornya, Maret 2021.

Selain memberikan hadiah, Haryanto juga memberikan sanksi bagi sopir yang tak mau mendengarkan ajakannya untuk menunaikan ibadah salat.

"Kalau nggak mau salat saya omelin karena saya tidak mau mereka berbuat dosa," ujar dia.

Menurutnya, pengemudi bus lebih mudah daam melaksanakan ibadah salat karena bisa menjamaknya.

Sehingga, kata dia, tidak ada alasan bagi pengemudi bus untuk meninggalkan salat lima waktu.

"Sopir itu termasuk musafir yang menempuh perjalanan jauh, jadi salatnya bisa dijamak. Salat penuhnya kalau sudah berada di rumah," ujarnya.

Haji Haryanto mengakui, rezeki harta yang didapatnya juga digunakan untuk perjuangan menegakkan agama Islam.

‎Makanya, dia selalu menyediakan beras di kantor untuk dibagikan kepada kaum dhuafa dan pegawai yang rajin ibadah.

Tujuannya, kata dia, biar para pegawai termotivasi untuk selalu beribadah salat lima waktu.

"Beras di kantor saya suka saya bagikan untuk kaum dhuafa dan pegawai yang rajin ibadah," ujar dia.

Untuk menciptakan suasana hubungan kerja yang nyaman, Haji Haryanto berusaha tidak menciptakan hubungan dengan pegawainya seperti majikan.

Namun dia membangun suasana seperti dalam sebuah keluarga. Hal ini pula yang membuat usahanya semakin maju.

"Saya tidak pernah menganggap menjadi majikan atas para pegawai. Semua sudah seperti saudara," kata Haryanto.

Haryanto menjelaskan, tujuannya menjadi pengusaha bus yang dirintis sejak tahun 2002 itu adalah untuk perjuangan agama.

‎Makanya, busnya dia beri simbol Menara Kudus dan kalimat shalawat nabi pada kaca armada busnya, semata-mata niatnya memberikan kebaikan.

"Saya ingin punya bus untuk perjuangan agama, semua nggak diduga, berjalan begitu saja," ujar dia.

‎Selain rutin menyantuni sedikitnya 5.000 anak yatim, Haryanto juga rutin membangun. Pada saat itu, Haryanto berencana membangun masjid keenam di Jalan Lingkar Kudus-Pati.

Sumber: Tribun Jateng

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved