Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta, TPU Karet Bivak Dulunya Perkebunan Karet yang Kini ada 48 Ribu Makam

TPU Karet Bivak pernah dimakamkan Fatmawati, Benyamin, Laila Sari, Husni Thamrin, Ismail Marzuki, Chairil Anwar, Usmar Ismail, hingga Bing Slamet

Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
TribunJakarta.com/Muhammad Rizki Hidayat
Suasana di depan TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- TPU Karet Bivak Terletak di Jalan Karet Pasar Baru Barat, Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat.

Di era Hindia Belanda, pemerintah Belanda memang menjadikan kawasan Tanah Abang sebagai pekuburan.

Sebab, wilayah Kota Tua yang sempit membuat lahan pekuburan tidak lagi cukup.

Pekuburan pertama yang dibangun Hindia Belanda di Tanah Abang ialah Pemakaman Kebon Jahe Kober atau kini dikenal dengan nama Museum Taman Prasasti.

Sementara itu, saat Indonesia merdeka mulai dibangunlah lahan TPU Karet Bivak di Jalan Karet Pasar Baru Barat, Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat.

Dulunya dalam sejarah TPU Karet Bivak kawasan Karet Bivak ialah sebuah perkebunan karet.

Namun, kini semakin berkembangnya Jakarta, justru kawasan TPU Karet Bivak menjadi kawasan paling strategis di Ibu Kota Jakarta.

Letaknya persis dekat dengan Stasiun Karet dan Pasar Tanah Abang. Bahkan, TPU Karet Bivak juga sangat strategis untuk ke pusat perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman.

Pada sejarah TPU Karet Bivak, pekuburan ini menjadi lahan pekuburan favorit para tokoh dan artis Ibu Kota ternama karena letaknya yang berada di tengah kota.

Tercatat pada sejarah TPU Karet Bivak pernah dimakamkan Fatmawati, Benyamin, Laila Sari, Husni Thamrin, Ismail Marzuki, Chairil Anwar, Anan Tatur, Usmar Ismail, hingga Bing Slamet.

Di sana juga ada makam Soekirman, Yahya Wangsadisastra, dan Atmiratun Sunarmi. Bahkan sejumlah Politisi ternama seperti Rachmawati juga dikuburkan di TPU Karet Bivak.

Sayangnya tidak seperti Taman Makam Pahlawan Kalibata, di TPU Karet Bivak banyak makam pahlawan yang tidak terurus.

Hal itu lantaran proses pembersihan lahan di taman makam pahlawan sesuai dengan iuran keluarga mendiang. Apabila iuran tidak dibayar maka makam itupun tidak terurus.

Baca juga: Sejarah Jakarta, Vila Andries Hartsinck di Polsek Palmerah jadi Awal Permukiman, Sarat Cerita Mistis

Pada sejarah TPU Karet Bivak, kemudian di tahun 2022, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan satu taman sekaligus museum mini untuk mengenang tokoh-tokoh bangsa yang dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2023).

Taman ini merupakan bagian dari 100 Taman Maju Bersama (TMB) yang diresmikan serempak oleh Anies. Adapun, pengelolaannya akan menjadi tanggung jawab Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.

Dibangunnya museum mini di TPU Karet Bivak ialah untuk mengenang sekira 40 tokoh bangsa yang dikuburkan di TPU tersebut.

Mulai dari tokoh fotografer, pesilat, hingga negarawan besar dimakamkan di TPU Kare Bivak diharapkan jasanya bisa dikenang di TPU ini.

Menurut Anies, Taman Tokoh Bangsa ini merupakan konsep pertama yang ada di Jakarta di mana museum peringatan tokoh-tokoh berjasa ini dibangun dekat dengan pusara terakhir para tokoh.

Sebenarnya sampai tahun 2007 TPU Karet Bivak yang memiliki luas 16 hektar sudah penuh. Maka dari itu, saat ini sistem pekuburan yang diterima di TPU Karet Bivak hanyalah sistem timpa.

Cara lain yang sudah diusulkan ialah mengambilalihkan 18.000 makam yang diabaikan atau sudah lewat masa sewanya.

Total kini ada 48 ribu makam yang ada di TPU Karet Bivak.

Baca juga: Sejarah Jakarta, Melihat Jejak Tradisi Minum Teh Warga Tionghoa di Pantjoran Tea House

Pada tahun 2009, pemerintah Jakarta mulai program plakatisasi untuk memastikan bahwa nisan di Karet Bivak sesuai dengan ketentuan sebuah peraturan daerah dari tahun 2007.

Sampai September 2009, pemerintah sudah menggantikan sebanyak 2.000 nisan dengan nisan baru yang polos dan berwarna abu-abu, serta makam yang tidak berkeramik.

Kepala Dinas Taman dan Pemakaman Jakarta, Ery Basworo, menyatakan bahwa program tersebut juga untuk meningkatkan daya tahan air di Jakarta serta menghilangkan kesan "ngeri" yang dimiliki masyarakat mengenai pemakaman.

 

 

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved