Pemilu 2024

Cerita Isma Batal Jadi Petugas Sortir-Lipat Surat Suara di GOR Tanjung Duren karena Orang Dalam

Bagi sebagian orang, menjadi petugas lipat sortir merupakan momen aji mumpung lima tahun sekali untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Joko Supriyanto
tribuntangerang.com/M40
Isma (40), warga yang tak bisa masuk menjadi petugas sortir lipat si GOR Kebon Jeruk, Jakarta Barat. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Bagi sebagian orang, menjadi petugas lipat sortir merupakan momen aji mumpung lima tahun sekali untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Pasalnya, tidak ada batasan umur bagi orang yang hendak menjadi pelipat kertas ataupun kualifikasi pendidikan khusus.

Siapapun bisa menjadi petugas sortir lipat, asalkan bisa mengikuti aturan yang telah ditetapkan petugas. 

Terlebih, upah yang ditawarkan kerap kali dapat membantu perekonomian orang-orang yang membutuhkan. 

Menurut Isma (40), ia dibayar Rp 450 per-lembar surat suara. Apabila ia berhasil melipat satu kardus berisi 500 lembar, ia akan diupah Rp 100.000. 

Namun, upah Rp 100.000 itu, dibagi ke empat orang yang merupakan anggota kelompoknya.

"Mau ikut karena ekonomi, enggak ada kegiatan di rumah istilahnya. Cuma nyari pengalaman aja," kata Isma saat ditemui di GOR Tanjung Duren, Jakarta Barat, Kamis (11/1/2024). 

Bagi Isma, upah sebesar itu lumayan untuk membantunya makan dan membeli kebutuhan pokok untuk keluarganya.

Pasalnya, ia hanyalah seorang ibu rumah tangga yang ingin membantu suaminya mendapatkan penghasilan.

Namun, kali ini ia terpaksa gigit jari lantaran tak bisa masuk ke dalam GOR Tanjung Duren untuk menjadi petugas sortir lipat.

Ia hanya luntang lantung tanpa kepastian di sebuah pos di depan GOR Tanjung Duren, Jakarta Barat.

"Susah-susah gampang nih masuknya. Saya ketendang karena (waktu di Kebon Jeruk) saya melipat 7 dus saja, maksimal 8 soalnya," kata Isma.

"Makanya saya buat tim baru lagi, udah enggak boleh. (Harus menghasilkan) surat suara enggak boleh kurang dari 8 box, kejamnya di situ, bilangnya katanya enggak becus," imbuhnya.

Padahal, Isma mengaku telah berusaha sekuat tenaga untuk bisa memenuhi target tersebut, namun ia merasa tidak dihargai.

Akan tetapi, alasannya kini tak bisa menjadi petugas sortir lipat adalah karena kapasitas GOR Tanjung Duren yang tidak mencukupi.

Selain itu, ia memandang bahwa ada banyak orang dalam yang membuat Isma tersingkir menjadi petugas sortir lipat.

"Karena kepenuhan, saya kesingkir sama Kebon Jeruk. Banyakan pakai orang dalam. Gigit jari saya, nunggu. Punya name tag (tanda pengenal) belum tentu masuk," ungkapnya. 

Padahal, Isma mengaku telah datang ke lokasi pelipatan sejak pukul 07.00 WIB menggunakan ojek online dari rumahnya di Kota Bambu, Palmerah, Jakarta Barat.

"Makanya saya bingung gimana saya pulang harus ada duit," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua KPU Jakarta Barat Endang Istianti mengonfirmasi bahwa petugas sortir lipat merupakan mereka yang pernah terlibat dalam pemilihan umum (Pemilu) 2019 lalu.

Selain itu, para petugas itu merupakan orang-orang yang termasuk teman, saudara, serta masyarakat setempat.

"Ini semua sebenarnya bukan orang jauh, pasti ini semua temannya teman dari lingkungan KPU sendiri, baik lingkungan petugas kecamatan, kelurahan, maupun teman-teman dari staff di kecamatan dan kelurahan masing-masing, jadi bukan orang jauh," ungkap Isti.

Hanya saja, Isti menekankan kepada seluruh petugas agar dapat mengikuti gerak kerja di tempat sortir lipat tersebut.

"Karena kami harus gerak cepat nih, tidak bisa hanya melipat sekian ratus sehari, karena kami juga melakukan evaluasi siapa yang melipatnya tidak cepat atau misalnya keluar istirahat tapi lama enggak balik lagi, itu kami evaluasi, kami juga punya hak mengganti petugas yang tidak konsisten menjalankan tugas," ungkapnya.

Adapun saat disinggung soal orang dalam, Isti menyebut jika ia tidak tahu bentuknya seperti apa.

Namun, apabila ada warga yang ingin menjadi petugas sortir lipat dan tidak bisa masuk, hal itu lantaran tempatnya yang terbatas sehingga tidak bisa seluruhnya terakomodir.

"Dan kami juga mengevaluasi kelompok-kelompok yang kami lihat ini kalau kerja bagus, satu hari bisa 10 box, itu mereka kami pertahankan, kami enggak bisa terlalu (penuh) di dalam," pungkasnya. (m40)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved