Ketua Segmen 3P Tegaskan, Program Makan Siang di Sekolah Bukan Sekadar Urusan Perut Kenyang

relawan Prabowo di bawah bendera Segmen 3P menggelar Konsolidasi Jaga Pangan. Ketua Segmen 3P menyatakan program makan siang tak sekadar urusan perut.

|
Editor: Ign Prayoga
Istimewa
Ketua Segmen 3P, Bungas T Fernando Duling (kiri), menjelaskan program hilirasi dan kedaulatan pangan pada kegiatan konsolidasi jaga pangan di Depok, 3-4 Februari 2024. 

Nando mengajak para pelaku pertanian, peternakan, dan perkebunan untuk mendukung program hilirisasi di sektor pangan agar petani dan peternak semakin meningkat taraf kehidupannya.

Konsolidasi Jaga Pangan juga menghadirkan beberapa tokoh dan pakar di antaranya Dr Jan S Marinka sebagai keynote speaker dan Prof Dr Ir Rachmat Pambudy yang membahas food estate.

Pembicara lain adalah Wibowo, peternak domba yang sukses mengembangkan usahanya. Wibowo menjelaskan, langkah pertama yang dia lakukan sebelum beternak domba adalah menamam rumput dan memproduksi pakan ternak lewat proses fermentasi.

Hal tersebut dia lakukan 3 bulan sebelum mendatangkan domba.

Ketika domba-domba mulai didatangkan ke kandang, Wibowo sudah memiliki stok pakan domba yang cukup untuk beberapa bulan.

Wibowo mendokumentasikan seluruh kegiatan, mulai dari menanam rumput sampai memelihara domba, lalu mengunggahnya ke media sosial.

Langkah ini sangat efektif pada pemasaran domba yang dipelihara Wibowo.

Narasumber lain juga membagikan pengalamannya. Di antaranya Dave Permana yang membahas digitalisasi pasar serta Muhammad Bayu Hermawan yang membahas shorgum sebagai salah satu bahan pangan lokal yang perlu diperbanyak.

Sedangkan Grace Taliwongso Nelwon membagikan pengalamannya pada pengembangan kacang koro di berbagai daerah. Grace menjelaskan, kacang koro juga bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan yang populer di masyarakat.

Peternak vs Integrator

Salah satu pembicara pada Konsolidasi Jaga Pangan adalah Ketua Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (LPER) Jawa Barat, H Mulyadi Atma.

Mulyadi yang memiliki pengalaman panjang sebagai peternak ayam broiler dan ayam petelur menyampaikan aspirasi dari para peternak mandiri.

Owner Teluria ini menjelaskan, peternak unggas menghadapi masalah serius sejak berlakunya UU No 18 tahun 2009 tentang peralihan posisi peternakan rakyat.

Peternak mandiri yang dulu disebut pengusaha peternakan, saat ini terpuruk bahkan cenderung jadi sapi perah.

Pemberlakuan undang-undang tersebut menghilangkan peran peternak inti rakyat (PIR) dan para peternak mandiri dipaksa berkompetisi dengan industri unggas berskala besar (integrator).

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved