Bedah Film "Puan Hayati: Threads of Faith" di Unpam, Sebarkan Ajakan Memanusiakan Manusia

Kreasi Prasasti Perdamaian menggelar acara bedah film Puan Hayati: Threads of Faith" dan "Ahmadiyah's Dilemma" di kampus Unpam, Tangsel, Sabtu (2/3).

Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Ign Prayoga
TribunTangerang.com/Ikhwana Mutuah Mico
Direktur Kreasi Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail, hadir di Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (2/3/2024). 

TRIBUNTANGERANG.COM, SETU - Film "Puan Hayati: Threads of Faith" dan "Ahmadiyah's Dilemma" memiliki pesan kuat yang coba disampaikan kepada masyarakat.

Pesan utama yang ingin disampaikan yaitu tentang bagaimana cara memanusiakan manusia.

Hal ini disampaikan oleh  Direktur Kreasi Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail, saat menjadi pembicara di Universitas Pamulang (Unpam), Setu, Tangerang Selatan, Sabtu (2/3/2024).

Noor Huda menjadi pembicara pada acara bedah film dan diskusi film Puan Hayati: Threads of Faith" dan "Ahmadiyah's Dilemma" di Unpam Kampus Viktor, Sabtu (2/3/2024). 

Acara tersebut diselenggarakan Kreasi Prasasti Perdamaian bekerja sama dengan Unpam. 

"Bikin film ini sesederhana bagaimana cara kita memanusiakan manusia yang baik," kata Noor Huda Ismail.

"Secara teologis tentu kita beda, saya sebagai Islam beda tentu dengan aliran Ahmadiyah, tapi secara sosiologis ya kita sesama manusia," imbuh dia.

Noor Huda Ismail mengungkapkan jika ia ingin mendorong masyarakat untuk bisa memanusiakan manusia melalui film garapannya ini.

"Bagaimana memanusiakan manusia yang lain, ketika terjadi perbedaan dalam keyakinan," kata Noor.

Karena itulah, Noor perdana membuat acara bedah film ini untuk mencari solusi menghadapi diskriminasi bagi kaum minoritas lewat pendidikan.

"Isu minoritas pertama kali saya bikin di Unpam, ini pertama kali, dimulai di kampus, satu solusi menghadapi diskriminasi dan marjinalisasi lewat pendidikan," ujar Noor.

Menurutnya, acara bedah film seperti ini bukan suatu hal yang baru di dunia, apalagi acara seperti ini memang diperuntukkan sebagai wadah untuk ngobrol bersama.

"Jadi acara ini dibuat secara masif, ruang obrolan sendiri ini memang dibuat untuk ngobrol hal sensitif, seni memahami orang beda dengan mendengarkan orang beda itu sendiri," kata Noor.

"Positif komunikasi yang ingin kita dorong," ujar dia. (m30)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved