Viral Kisah Pelajar Tunarungu di Tangerang Diminta Lepas Alat Bantu Dengar saat SNBT di UI
Dia diminta pengawas ujian melepas ABD saat mengerjakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Indonesia (UI).
TRIBUN TANGERANG.COM, JAKARTA- Naufal Athallah, siswa kelas 12 SMK di Tangerang Selatan curhat soal dirinya diminta melepas Alat Bantu Dengar (ABD) saat mengerjakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).
Naufal mengaku diminta melepas ABD karena dikhawatirkan seorang joki
Dia diminta pengawas ujian melepas ABD saat mengerjakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Indonesia (UI).
Padahal selain berfungsi untuk mendengar, ABD tersebut juga membuat dirinya bisa fokus tanpa harus mendengar suara-suara mendengung yang berasal dari sekitar lokasi ujian.
Namun permintaanya ditolak. Alhasil, Naufal sulit berkonsentrasi karena tidak bisa fokus.
Pengalaman tersebut dia bagikan melalui cuitan di akun media sosial X atau Twitter, @naunathz pada Minggu (16/6/2024) dan kemudian menjadi viral.
Dalam unggahannya, Naufal menceritakan ada orang yang mengira dirinya joki UTBK karena memakai alat bantu di telinganya. Dia pun diminta melepas alat itu agar tidak mengganggu jalannya tes.
"Gw mau klarifikasi tentang masalah ordal pake alat ditelinga. Kemarin pas UTBK ada yg ngomongin gw, ngeliatin gw karna gw pake alat bantu dengar ya di telinga dan takutnya mereka ngira kalo gw penjoki UTBK padahal gw Tuna Rungu...," tulis Naufal dalam cuitannya. Hingga Rabu (19/6/2024), unggahan tersebut tayang sebanyak 3,5 juta kali, dibagikan ulang 7.000 kali, dan disukai 52.000 warganet.
Naufal bercerita, dia mengerjakan UTBK di Universitas Indonesia pada 14 Mei 2024. Impiannya, lulusan SMK asal Tangerang Selatan ini ingin masuk jurusan Sistem Informasi di UI atau Universitas Pembangunan Nasional (UPN).
Sebelum tes, Naufal sibuk menghafal rumus dan berdoa di luar ruang UTBK. Saat itu, dia mendengar tiga peserta tes lain berbisik-bisik sambil melihat ke arahnya. Dia menduga, mereka membicarakan alat di telinganya.
"Kayaknya mereka ngira kalau saya penjoki padahal saya peserta UTBK... trus saya tidak terima dong kalo saya diomongin begitu, ya sudah saya diemin saja tuh, soalnya mau UTBK dan tidak mau marah-marah," kata Naufal saat dihubungi Kompas.com, Selasa (18/6/2024).
Naufal mengatakan, ABD yang dipakainya membuat pendengarannya lebih kuat dan dia jadi bisa mengetahui isi pembicaraan peserta lain. Namun saat masuk ke ruang tes, katanya, panitia UTBK menyuruhnya melepas ABD tersebut.
Padahal, dia sudah memberi tahu perihal kondisinya sebagai tunarungu. "Saya nanya apakah saya bisa menggunakan alat bantu dengar saat ujian soalnya saya tunarungu. Kata panitianya sih bilang 'dik punten dik, dilepas saja ya ABD-nya kalo sedang ujian' gitu sih," jelas dia.
Akibat perintah itu, Naufal baru bisa memasang ABD-nya lagi setelah ujian selesai. Meski begitu, dia tetap melihat ada peserta lain yang melirik-lirik ke arahnya.
Namun, Naufal enggan mempermasalahkan hal itu dan memilih pulang setelah mengerjakan UTBK. Akibat tidak pakai alat bantu dengar Menurut Naufal, panitia UTBK memintanya melepas alat bantu dengar sebelum ujian dimulai.
Akibatnya, dia jadi tidak bisa mendengar arahan panitia terkait ujian maupun posisi duduknya. "Tidak mendengar sama sekali, walaupun paham sedikit karena saya melihat pergerakan mulut panitianya," lanjut laki-laki berkacamata ini.
Tak hanya itu, Naufal juga tiba-tiba merasa hilang arah saat mengerjakan tes tanpa pakai ABD. Dia mendengar suara berdenging di telinga yang sangat berisik.
Karena hilang fokus, dia mengaku kesulitan menjawab beberapa soal yang seharusnya bisa dikerjakan. Ini karena Naufal merasa keseimbangan otaknya terganggu sehingga kebingungan dan pusing.
"Terutama ketika saya mengerjakan soal literasi dan matemarika, jadi tidak fokus sama sekali. Padahal, saya sudah berusaha fokus membaca soal agar saya mengerjakannya dengan teliti," tutur dia.
Terkait hasil SNBT-nya, Naufal merasa malu karena skornya kecil sehingga tidak lolos SNBT. Meski begitu, Naufal berharap dirinya diterima masuk UI atau Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui tes jalur mandiri.
Naufal melanjutkan, pihak pelaksana SNBT tidak menyediakan ruang tes khusus bagi orang-orang dengan tunarungu.
Meski begitu, ada ruangan khusus bagi mereka yang tidak bisa melihat atau tunanetra dan tunadaksa atau tidak memiliki anggota tubuh sempurna.
"Iya betul, opsi tunarungunya tidak ada," tegas dia. Karena itu, dia akhirnya mengerjakan tes di ruangan UTBK biasa bersama dengan peserta lain yang tidak mengalami kondisi khusus.
Padahal, Naufal tidak bisa mendengar lagi akibat koklea atau rumah siput di telinganya pernah terbakar saat dia demam tinggi.
Kedua telinganya kini tidak bisa mendengar dengan frekuensi atau gelombang pendengaran berbeda. Untuk bisa mendengar, Naufal harus periksa ke dokter spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT) dan membeli alat bantu dengar yang harganya bisa mencapai Rp 12 juta.
Penjelasan dokter THT
Dokter spesialis THT dari RSIA Anugerah Semarang, Alberta Widya Kristanti membenarkan penderita tunarungu dapat mengalami gangguan saat ABD-nya dilepas.
"Mereka jadi tidak bisa mendengar (sehingga) kesulitan komunikasi," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa.
Menurut Berta, penderita tunarungu yang tidak memakai ABD juga akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi dengan orang lain.
Mereka hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat karena tidak bisa mendengar. Untuk mendapatkan ABD, lanjutnya, penderita harus melakukan tes pendengaran bersama dokter.
Jika terindikasi tunarungu, dia akan dipasang ABD sesuai kondisi pendengarannya. Terpisah, dokter THT RSCM Jakarta, Tri Juda Airlangga menambahkan, telinga penderita tunarungu tanpa ABD akan berdengung.
Hal ini juga dialami jika alat yang dipakai tidak diatur dengan benar. "Hubungan komunikasi dengan sekitar jadi tidak baik. Dia tidak bisa mendengar instruksi-instruksi," lanjut dia saat dihubungi Kompas.com, Selasa.
Penderita tunarungu, tambahnya, juga perlu memeriksa kondisi alat bantu dengarnya agar tidak kotor atau diatur ulang sesuai masalah pendengaran. Ini untuk menghindari iritasi telinga.
Terkait penderita tunarungu diminta lepas ABD, Tri Juda menyatakan panitia UTBK seharusnya memastikan alat itu memang digunakan untuk membantu pendengaran.
Pasalnya, ada orang yang memang akan terganggu jika tidak memakai ABD. "Mungkin jadi tidak fokus karena biasanya mendengar instruksi tapi jadi tidak jelas (saat melepas ABD)," imbuh dia.
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT)
Universitas Indonesia (UI)
Alat Bantu Dengar
Naufal Athallah
Respons Guru Besar Hukum Internasional UI Soal Kebijakan Tarif Trump: Tak Perlu Kirim Tim Negosiasi |
![]() |
---|
Penjelasan Rektor UI Soal Status Gelar Doktor Bahlil Lahadalia: Belum Lulus |
![]() |
---|
ILUNI Turun Tangan Setelah Kisah Oma Metia Viral, Putri Eks Jenderal Hidup Sendiri di Rumah Tua |
![]() |
---|
Heboh, Gelar Doktor Bahlil Lahadalia Ditangguhkan UI, Ketum Golkar: Yudisium Saya kan Desember |
![]() |
---|
Tingkatkan Kreativitas Seni Mahasiswa, FISIP UI Kembali Hidupkan Student Nite Festival |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.