Lebaran 2025

Jelang Lebaran, Perajin Ketupat di Palmerah Jakbar Banjir Pesanan

Menjelang lebaran, perajin Ketupat di kawasan Palmerah Jakarta Barat banjir orderan.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Joko Supriyanto
Wartakotalive.com/nure
PERAJIN KETUPAT - Amo (55), pedagang ketupat di trotoar Palmerah, Jakarta Barat. (WARTAKOTALIVE.COM) 

Amo berujar, ia menadapat bahan baku pembuatan cangkang ketupat dari petani di tanah kelahirannya, Serang, Banten.

Namun, sebagian bahan, diambilnya dari kebunnya sendiri.

"Kalau dari kebun sendiri, kelapa panennya tiga bulan sekali," jelasnya.

Amo berujar, profesi ini adalah hasil ikhtiarnya menyambung hidup setelah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi sopir travel di wilayah Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Bisnis utama Amo sebenarnya janur kuning. Namun, ketika lebaran tiba, ia selalu kebanjiran pesanan mendekati hari H.

Amo bahkan rela tidur di trotoar jalan dan membuka lapak sema 24 jam untuk tetap melayani pembelinya.

"Ketupat mah tambahan. Kalau utamanya janur kuning, biasanya ramai di akhir pekan," ungkap dia.

Harga ketupat buatan Amo, dibanderol dengan harga Rp 10.000 untuk 10 buah ketupat ukuran kecil dan Rp 6.000 untuk 10 buah ketupat ukuran besar.

Selain berjualan ketupat, Amo juga memanfaatkan bagian lain dari pelepah ketupat menjadi sebuah sapu lidi.

Ia kemudian membanderol barang tersebut dengan harga Rp 5.000 per-buah.

"Saya kerja nonstop, bahkan tidur di lapak. Ganti-gantian aja, kan ada yang kerja lagi," ungkap Amo.

Menurutnya, selama Ramadan, ia bisa mendapat tambahan penghasilan Rp 5 juta dari hasil berjualan ketupat anyam.

Di akhir, Amo menyebut jika ketupat yang ia rangkai bukan sekadar pelengkap lebaran, tetapi juga simbol ketekunan dan warisan budaya yang diteruskan dari generasi ke generasi. (m40)

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved