Vaksinasi Covid19

Jika Herd Immunity Tak Terbentuk Tahun Ini, IDI Sarankan Masyarakat Umum Disuntik Vaksin Booster

Editor: Yaspen Martinus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta pemerintah menyiapkan skenario pemberian vaksin booster untuk masyarakat umum.

TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta pemerintah menyiapkan skenario pemberian vaksin booster untuk masyarakat umum.

Wakil Ketua Umum PB IDI Dr Slamet Budiarto mengatakan, terjadi penurunan antibodi 6-12 bulan setelah menerima suntikan vaksin Covid-19.

"Sesuai analisa kami bahwa vaksin Covid-19 ni dalam waktu 6 bulan sampai 12 bulan kan sudah harus dilakukan booster," ujar dr Slamet dalam rapat dengar pendapat bersama komisi IX DPR, Rabu (25/8/2021).

Baca juga: BREAKING NEWS: Bareskrim Ciduk Muhammad Kece di Bali

IDI mengusulkan vaksin booster untuk umum, sebagai antisipasi jika penyelesaian program vaksinasi molor dari waktu yang ditentukan.

"Kami usulkan juga ada skenario kedua apabila itu tidak tercapai herd immunity."

"Sehingga Bulan Januari, Februari, Maret, April (2022) perlu dilakukan booster, karena antibodinya sudah turun," tutur dr Slamet.

Baca juga: Demi Anak Istri, Warga Kampung Melayu Jakarta Ini Rela Kayuh Becak di Pasar Anyar Tangerang

Meski demikian, IDI optimistis program vaksinasi pemerintah ini dapat rampung sesuai target.

Ia pun mengapresiasi kerja keras Kementerian Kesehatan untuk menyelesaikan vaksinasi 208 juta jiwa masyarakat dalam rentang waktu 1 tahun.

"Ini harus diantisipasi apabila kecepatan vaksin yang enggak tercapai, tapi kalau saya melihat seminggu ini (proses vaksinasi)wa bisa tercapai di akhir tahun herd imunity."

"Dan itu mungkin sebuah apresiasi untuk Kementerian Kesehatan," paparnya.

Tetap Bisa Melindungi Jika Diserang

Menurunnya antibodi pasca-vaksinasi Covid-19 dosis lengkap, menimbulkan pertanyaan, apakah vaksin masih efektif atau tidak.

Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan, antibodi pasca-imunisasi memang menurun seiring berjalannya waktu.

Namun, bukan berarti setelah 6 bulan vaksinasi tubuh tidak memiliki perlindungan sama sekali.

Baca juga: Dua Bulan Kerja Tak Digaji, 9 Korban Baru Sadar Ditipu Anggota Satpol PP Gadungan

"Hati-hati dalam membaca berita bahwa antibodi pasca-vaksinasi 6 bulan turun."

"Ini kan seakan-akan setelah 6 bulan kita enggak punya sama sekali proteksi, itu salah ya."

"Jadi apa pun vaksinnya, secara alamiah setelah seiring dengan waktu, itu akan turun antibodinya," ujarnya dalam dialog virtual, Kamis (29/7/2021).

Baca juga: Wagub DKI Bilang Revisi Perda 2/2020 Mendesak untuk Mempercepat Penurunan Kasus Covid-19

Ia menjelaskan, tubuh yang telah menerima vaksin memiliki sel memori atau sel pengingat.

Maka, antibodinya jika terpapar akan segera dikenali oleh sel memori, dan terjadi lonjakan antibodi.

Jadi proteksi ini tetap ada sekalipun kadar antibodi menurun seiring waktu.

Baca juga: Raperda Covid-19 Tak Jadi Disetujui Hari Ini, Begini Alasan DPRD DKI Jakarta

"Bukan setelah 6 bulan kita tidak punya perlindungannya, tidak begitu," tuturnya.

Dr Dirga menegaskan, pemberian vaksin booster untuk masyarakat belum diperlukan.

Pemerintah diharapkan fokus pada perluasan penerima vaksin di masyarakat.

Baca juga: Pemprov DKI Pertimbangkan Usul Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Publik Beraktivitas

"Agak percuma kalau kita 10 kali vaksinasi, tapi orang-orang di sekitar tidak."

"Kita lebih baik fokus memperluas cakupan vaksinasi, ketimbang kita memberikan suntikan ketiga keempat pada orang-orang yang sama."

"Itu ya karena kita tahu cakupan kita masih rendah, sampai hari ini suntikan ketiga bagi yang bukan nakes tidak direkomendasikan," paparnya.

Baca juga: Omzet Penjual Bunga di TPU Jombang Melesat di Masa Pandemi, Paling Laris Jumat Hingga Minggu

Ia pun berpesan untuk masyarakat, agar tidak menunda vaksinasi hanya untuk menunggu jenis atau merek vaksin tertentu.

Karena, vaksin yang tersedia kini dapat mencegah rawat inap, gejala berat, hingga kematian jika terpapar Covid-19.

"Apa pun jenis mereknya, semua sama efektifnya mencegah gejala menjadi berat bahkan kematian," ucap dr Dirga.

Update Vaksinasi

Sejak program vaksinasi Covid-19 dimulai pada 13 Januari 2021, pemerintah sudah menyuntikkan dosis pertama kepada 58.468.810 (27,75%) penduduk hingga Selasa (24/8/2021).

Sedangkan dosis kedua sudah diberikan kepada 32.640.998 (15,39%) orang.

Dikutip dari laman kemkes.go.id, rencana sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia adalah 208.265.720 penduduk yang berumur mulai dari 12 tahun.

Baca juga: UPDATE Covid-19 Indonesia 24 Agustus 2021: 35.082 Orang Sembuh, 19.106 Positif, 1.038 Meninggal

Hal ini untuk mencapai tujuan timbulnya kekebalan kelompok (herd immunity).

Karena ketersediaan jumlah vaksin Covid-19 bertahap, maka dilakukan penahapan sasaran vaksinasi.

Untuk tahap pertama, vaksinasi Covid-19 dilakukan terhadap Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK).

Baca juga: ADA Pihak yang Minta Bayaran untuk Vaksinasi Covid-19? Laporkan ke Nomor dan Email Ini

Yang meliputi tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Berdasarkan pendataan yang dilakukan sampai saat ini, jumlah SDM Kesehatan yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 adalah 1.468.764 orang, sedangkan populasi vaksinasi sebanyak 12.552.001 orang.

Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 23 Agustus 2021, dikutip Wartakotalive dari laman Covid19.go.id:

DKI JAKARTA

Jumlah Kasus: 845.938 (21.3%)

JAWA BARAT

Jumlah Kasus: 669.103 (16.8%)

JAWA TENGAH

Jumlah Kasus: 462.178 (11.6%)

JAWA TIMUR

Jumlah Kasus: 372.388 (9.4%)

KALIMANTAN TIMUR

Jumlah Kasus: 145.711 (3.7%)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Jumlah Kasus: 144.608 (3.6%)

BANTEN

Jumlah Kasus: 126.907 (3.2%)

RIAU

Jumlah Kasus: 119.568 (3.0%)

BALI

Jumlah Kasus: 102.140 (2.6%)

SULAWESI SELATAN

Jumlah Kasus: 101.434 (2.5%)

SUMATERA UTARA

Jumlah Kasus: 89.072 (2.2%)

SUMATERA BARAT

Jumlah Kasus: 84.281 (2.1%)

KALIMANTAN SELATAN

Jumlah Kasus: 62.926 (1.6%)

NUSA TENGGARA TIMUR

Jumlah Kasus: 56.686 (1.4%)

SUMATERA SELATAN

Jumlah Kasus: 56.525 (1.4%)

KEPULAUAN RIAU

Jumlah Kasus: 51.315 (1.3%)

LAMPUNG

Jumlah Kasus: 44.704 (1.1%)

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Jumlah Kasus: 44.381 (1.1%)

KALIMANTAN TENGAH

Jumlah Kasus: 41.890 (1.1%)

SULAWESI TENGAH

Jumlah Kasus: 39.210 (1.0%)

KALIMANTAN BARAT

Jumlah Kasus: 33.882 (0.9%)

PAPUA

Jumlah Kasus: 31.288 (0.8%)

SULAWESI UTARA

Jumlah Kasus: 31.093 (0.8%)

ACEH

Jumlah Kasus: 30.077 (0.8%)

KALIMANTAN UTARA

Jumlah Kasus: 30.074 (0.8%)

JAMBI

Jumlah Kasus: 26.929 (0.7%)

NUSA TENGGARA BARAT

Jumlah Kasus: 24.601 (0.6%)

BENGKULU

Jumlah Kasus: 21.985 (0.6%)

PAPUA BARAT

Jumlah Kasus: 21.837 (0.5%)

SULAWESI TENGGARA

Jumlah Kasus: 19.175 (0.5%)

MALUKU

Jumlah Kasus: 14.212 (0.4%)

MALUKU UTARA

Jumlah Kasus: 11.395 (0.3%)

SULAWESI BARAT

Jumlah Kasus: 11.126 (0.3%)

GORONTALO

Jumlah Kasus: 10.814 (0.3%). (Rina Ayu)