Amir mengungkapkan dari data penemuan ular yang banyak dilaporkan di Jakarta dan sekitarnya atau wilayah Jabodetabek, ular kobra paling sering dijumpai.
Habitat asli ular ini yakni di area persawahan, pekarangan hingga permukiman. Ular kobra juga merupakan spesies reptil yang paling mudah beradaptasi dan mudah berkembang biak.
"Khususnya di Jawa. Wilayah ini menyediakan konversi habitat yang sudah sangat masif, termasuk adanya lahan persawahan," ungkap Amir.
Menurut Amir, lahan persawahan membuat populasi ular kobra meningkat, karena banyak potensi makanan atau mangsa bagi ular ini, yakni tikus.
Namun, semakin sedikit predator alami, seperti elang hingga biawak, maka semakin membuat populasi ular, termasuk ular kobra naik.
Padahal, predator alami tersebut memiliki peranan penting dalam menekan populasi anakan ular yang meningkat di musim-musim tertentu, seperti musim hujan, saat banyak telur ular kobra mulai menetas.
"Akibatnya, membuat populasi anakan ular ini semakin tidak terkontrol," kata Amir.
Ular kobra mudah beradaptasi Meski habitat asalnya di persawahan hingga pekarangan, ular kobra merupakan jenis hewan yang sangat mudah beradaptasi.
Bahkan, di perumahan dengan banyak manusia, ular kobra dapat beradaptasi dengan baik di kawasan ini.
Sebab, kemungkinan sebelum menjadi permukiman, sebelum dihuni manusia mungkin adalah lahan persawahan atau pekarangan.
"Adaptasi ular cukup bagus jika dibandingkan dengan mamalia maupun burung. Apalagi ular (kobra Jawa) seperti ini," jelas Amir.
Amir juga menyebutkan bahwa ular kobra tidak sulit berkembang biak. Sekali bertelur, ular kobra bisa menelurkan 13 hingga 20 butir, minimal setahun sekali.
Penetasan telur-telur ular kobra ini juga di tempat-tempat yang cukup tersembunyi, yakni di lingkungan yang cenderung lembab dan gelap.
Selain itu, banyaknya anakan ular kobra di permukiman, menurut Amir, bisa jadi disebabkan karena wilayah ini menyediakan shelter atau tempat berlindung bagi ular.