Di sisi lain, tren spirit doll ini juga bisa menjadi komoditas konsumtif, mengingat harganya yang tidak murah.
Sehingga, kata Wahyu, boleh jadi ini memunculkan kebanggaan dan kepuasan tersendiri bagi mereka yang memiliki dan memamerkannya di media sosial.
"Tren semacam ini tidak akan lama karena spirit doll tergolong sebagai komoditas tersier, bukan kebutuhan primer ataupun sekunder," ujar dia.
"Tetapi sekali lagi, boneka semacam ini mungkin bisa menjadi terapi bagi mereka yang ingin memiliki anak atau sempat berpikir untuk tidak memiliki anak," ucap Wahyu, yang akhir tahun lalu meluncurkan buku Sosiologi Kehidupan Sehari-hari.(ni luh putu sri wahyuni/adrian amurwonegoro)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Fenomena Spirit Doll: Kolektor Curahkan Kasih Sayang Layaknya ke Anak, Pakar Sebut Tren Musiman