Pesantren Hidayatullah Berdikari dengan Kebun Hidroponik

Penulis: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Lilis Setyaningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kebun Gizi Hidroponik di Pesantren Hidayatullah, Cilodong Depok

TRIBUNTANGERANG.COM, DEPOK - Di atas sebuah tanah seluas 1200 meter persegi milik Pesantren Hidayatullah, Cilodong, Depok, berdiri sebuah kompleks yang berisi rangkaian pipa-pipa yang membentuk media tanam hidroponik.

Kompleks yang diberi nama Kebun Gizi Hidroponik ini menjadi sarana edukasi bagi santri perihal kegiatan bercocok tanam.

Biasanya, tiap harinya ada empat orang santri yang didampingi oleh seorang pengelola secara bergantian melakukan aktivitas berkebun.

Mulai dari pembibitan, pemindahan tanaman ke media yang lebih besar, sampai proses panen.

Baca juga: Kurang Promosi, Taman Skate Park di Slipi Sepi Peminat

Menurut salah seorang pendamping bernama Mahmudin (33), Kebun Gizi Hidroponik merupakan hasil kolaborasi Pesantren Hidayatullah dengan program CSR dari Kimia Farma dan Bank Permata Syariah.

Pembangunan kebun hidroponik ini dibangun pada Desember 2018 dan mengalami perluasan pada bulan September 2019.

"Kebun ini tidak hanya sebagai pemasukan pemberdayaan pesantren, tapi juga memiliki nilai edukasi, salah satu yg dipilih adalah tanaman hidroponik," kata Mahmudin saat ditemui di lokasi pada Ahad (23/1/2022), siang.

Mahmudin menjelaskan, ada sembilan jenis tanaman sayur yang ditanam di kebun ini, seperti Kangkung, Bayam, Pokcoy, Selada, Pagoda, Roman, Siomak, dan sayuran sejenis.

Kebun Gizi Hidroponik yang ada di Pesantren Hidayatullah, Cilodong Depok (Tribun Tangerang/Muhamad Fajar Riyandanu)

Adapun hasil dari panen diprioritaskan untuk dijual ke masyakarat dan penyuplai sayuran untuk pasar modern.

"Hasil untUk bisnis, prioritas untuk bisnis pesantren," jelasnya.

Mahmudin menjelaskan, jenis sayuran yang ditanam di Kebun Gizi Hidroponik selalu menyesuaikan kebutuhan dan  permintaan pasar yang didominasi oleh Pokcoy dan Sawi Cesim.

"Kami menyesuaikan permintaan pasar, kalau kebanyakan minta Pokcoy dan Cesim. Yang penting suplier butuhnya quantity, quality, dan continues terjaga, kalau itu terjaga, suplier sih banyak," papar Mahmudin.

Baca juga: Pembangunan Revitalisasi Tahap I Taman Ismail Marzuki hampir Rampung

Pada kesempatan tersebut, Mahmudin menjelaskan alur produksi dari sayur-mayur di Kebun Gizi Hidroponik.

Pertama, bibit sayur akan ditanam di area pipa pembibitan selama seminggu hingga tumbuh menjadi benih dengan tinggi sekira 1 sentimeter.

Bibit akan diletakkan di dalam spons basah.

Usai semai, ia akan dipindahkan ke area pipa remaja selama 10 hari.

Baca juga: Kasihan! Buaya di Taman Buaya Indonesia Jaya Normalnya Makan Setiap Hari, kini Seminggu 2x

Di area itu, benih akan terus diletakkan di pipa yang dialiri air selama 24 jam.

Setelahnya, usai benir berubah menjadi sayuran bertangkai, ia akan dipindahkan ke area pipa dewasa.

Di sana, sayur-mayur itu akan didiamkan selama 10 hari hingga siap panen.

"Aslinya tergantung jenis tanaman, ada yg paling cepat 16-20 hari, Kangkung dan Bayam itu cepat, ada yg di atas 20 hari kayak Pockcoy itu biasanya 23-28 hari. Ada yg lebih lama itu Selada, bisa 35 hari baru panen," papar Mahmudin.

Kebun Gizi Hidroponik yang ada di Pesantren Hidayatullah menjadi sarana edukasi bagi santri perihal kegiatan bercocok tanam. (Tribun Tangerang/Muhamad Fajar Riyandanu)

Dua minggu lalu, Kebun Gizi Hidropnik baru saja melaksanakan panen dan terkumpul sekira 30 Kilogram sayur-mayur.

"Berbicara keuntungan itu fluktuatif ya, kadang Rp. 2 sampai 3 juta per bulan. Kadang ada anjloknya. Kalau optimal itu bisa sampai Rp 15 sampai 20 juta," ungkap Mahmudin.

Sebagai salah satu pengelola Kebun Gizi Hidroponik, Mahmudin mengaku biaya operasional yang dikeluarkan tiap bulannya sangat terjangkau.

Biaya seperti listrik, pupuk, benih, dan perawatan bisa ditanggung dengan uang Rp 1 juta per bulan.

Baca juga: Taman Tematik Cariu Diresmikan, Bisa jadi Tempat Botram  Warga

Dari segi perawatan, Kebun Gizi Hidroponik lebih mengutamakan pada meminimalisir penggunaan pestisida.

Mahmudin tak menampik, sayur-mayUr di kebun pesantren tersebut masih menggunakan pestisida dengan takaran minim sebagai perlindungan hama dan penyakit.

"Ada edukasi tentang pestisida yang memang boleh dipakai, kapan bisa dipakai itu memang ada ketentuannya. Untuk pelindung dari hama dan penyakit," terangnya.

Adapun target penjualan sayur mayur ini lebih pada pasar modern dan supermarket yang akan didistribusikan oleh supplier.

Baca juga: Cerita Warsidi Pengurus di Taman Buaya Indonesia Jaya, Gaji Minim dengan Risiko Besar

"Kalau ke supplier kami kemas dengan plastik besar 5kg, kalau ke masyakarat ukurannya 250gr, ada label sendiri," jelas Mahmudin.

Harga pasaran yang dipatok cukup tinggi, menyesuaikan target penjualan. Untuk 1 Kilogram kangkung, pihak kebun menjual seharga Rp 17.000 kepada pihak supplier. Jika sudah masuk toko retail seperti pasar modern, harganya akan melonjak ke Rp 30.000 per kilo.

"Kami juga pernah jual ke pasar tradisional dihargai Rp 3000 sampai Rp 5000 per kilo. Itu jika stok kami berlebih," pungkas Mahmudin. (M29)