TRIBUNTANGERANG.COM, SERPONG - Para pedagang daging sapi di Pasar Tradisional Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mulai kembali berjualan dua hari ini.
Komarudin (32), pedagang daging sapi di Pasar Serpong itu mengatakan, aksi mogok berjualan hanya berjalan 3 hari.
"Kemarin Instruksi mogok dagang 5 hari, cuman enggak sampai 5 hari karena untuk pedagang kita juga rugi, enggak ada pemasukan sementara dapur harus tetap ngebul," kata Komarudin, di Pasar Serpong, Jumat (4/3/2022).
"Akhirnya Kamis (3/3/2022) sudah pada mulai dagang," katanya lagi.
Komarudin menuturkan, aksi mogok berdagang itu ditujukan agar pemerintah dapat mengambil kebijakan terkait kenaikan harga daging sapi.
Namun, aksi mogok itu tak membuahkan hasil baik seperti penurunan harga daging sapi.
Bahkan, seiring aksi mogok dagang, harga daging sapi tetap saja terus naik.
"Malah hasil kita mogok dagang bukannya menurun tapi malah ada kenaikan juga. Naiknya Rp 5.000 kemarin pas mogok," ujarnya.
Menurut Komarudin, saat ini penjual mematok harga teremurah daging sapi Rp 120.000 per kilogram.
Baca juga: Pedagang Bakso di Pondok Aren Terancam Gulung Tikar Gara-gara Daging Sapi Langka dan Mahal
Baca juga: Harvick Hasnul Qolbi Sidak Pasar Serpong Temukan Lapak Pedagang Daging Sapi Mogok Jualan
Naik jelang Ramadhan
Sementara itu, Satgas Pangan Polri telah menyatakan, kenaikan harga daging sapi dan kedelai di Indonesia terjadi jelang puasa Ramadhan.
Kasatgas Pangan Polri Irjen Pol Helmy Santika mengatakan, sejumlah bahan pangan naik jelang Ramadhan.
Salah satu penyebab kenaikan harga karena permintaan terus naik terhadap bahan pokok pangan jelang puasa Ramadhan.
Namun untuk beberapa bahan pangan naik drastis seperti daging dan kacang kedelai dilatarbelakangi kenaikan dari negara asal pengimpor.
Mayoritas bahan pangan tersebut memang masih mengandalkan dari negara lain.
"Selain itu, khusus bahan-bahan pokok yang sebagian besar masih dipenuhi dari impor seperti kedelai, gula, dan daging, kenaikan dipengaruhi oleh naiknya harga di negara asal," kata Helmy di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (4/3/2022).
Saat ini, kata Helmy, ada kebijakan pemerintah bertujuan mengendalikan ketersediaan, distribusi, dan harga.
Tugas tersebut antara lain badan usaha milik negara (BUMN) melaksanakan operasi pasar sehingga harga masih bisa terkendali dan terjangkau masyarakat.
Baca juga: Imbas Harga Naik dan Pedagang Daging Sapi Mogok, Penjual Bakso di Pondok Aren Meliburkan Diri
Baca juga: Pedagang Tagih Janji Jokowi yang akan Menekan Harga Daging Sapi Dibawah Rp 100.000, Hari ini Mogok
Selain itu, Satgas Pangan Polri bersama-sama dengan Kementerian terkait turut mengawal ketersediaan bahan pokok dan kontrol harga agar tetap stabil.
Satgas Pangan Polri juga telah melakukan deteksi dini terkait gejolak masalah di masyarakat.
Deteksi dini mulai dari produsen, petani, pedagang, distributor, importir, maupun konsumen.
"Sehingga kenaikan bahan pokok bisa dikoordinasikan dengan pemerintah yang berwenang untuk mencari solusi terbaik menjelang puasa dan Lebaran," kata Helmy.
Satgas Pangan Polri juga telah turun ke lapangan bersama-sama dengan Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan.
Serta Badan Pangan Nasional (BPN) untuk mengecek dan mengidentifikasi masalah.
Menurut Helmy, paling penting menjaga ketersediaan bahan pokok pangan.
Salah satu cara terampuh menjaga ketersediaan stok dan menjaga keseimbangan stok dan permintaan.
Belakangan ini harga daging sapi melonjak drastis dari Rp120.000 per kilogram (kg) menjadi Rp140.000 per kg bahkan menyentuh angka Rp150.000 per kg.
Kenaikan harga itu menyebabkan pedagang daging sapi di Jakarta melakukan mogok massal sejak Senin (28/2/2022).