Pedagang Daging Sapi Pasar Anyar Kembali Beroperasi Setelah Mogok Berjualan

Penulis: Gilbert Sem Sandro
Editor: Ign Prayoga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang daging sapi di Pasar Anyar Tangerang kembali beroperasi sejak Kamis (3/3/2022) pasca-mogok berjualan selama tiga hari, sejak Senin (28/2/2022).

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Puluhan pedagang daging sapi di Pasar Anyar Tangerang kembali beroperasi sejak Kamis (3/3/2022).

Mereka kembali berdagang pasca melakukan aksi mogok berjualan selama tiga hari, sejak Senin (28/2/2022) lalu.

Salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Anyar Tangerang, Banong mengatakan, aksi mogok berjualan selama tiga hari yang dilakukan para pedagang, tidak merubah apapun, terkait harga daging sapi yang sedang melonjak naik.

"Selama mogok tiga hari kemarin, sama sekali enggak mempengaruhi apapun, harga daging sapi juga masih mahal banget," ujar Banong saat diwawancarai Wartakotalive.com, Jumat (4/3/2022).

Baca juga: Harga Ayam Potong di Pasar Tradisional Serpong Naik dari Rp 43.000 per Kg Jadi Rp 45.000 per Kg

"Harga daging sapi masih Rp 140.000, harga itu masih sama saja seperti sebelum kita mogok berjualan," sambungnya.

Kendati demikian, Banong mengaku masih ada pedagang daging sapi yang mengajak melakukan aksi mogok berjualan, sebagai bentuk protes terkait meroketnya harga daging sapi tersebut.

Namun Banong tidak akan mengikuti aksi apapun yang dilakukan pedagang yang ingin memprotes harga yang sedang mahal.

"Seharusnya aksi mogok berjualan kemarin kan lima hari, tapi tiga hari saja beberapa dari kami pedagang daging sapi ini sudah kembali berjualan lagi," kata dia.

Baca juga: BREAKING NEWS: Polri Ungkap Penyebab Minyak Goreng Langka di Lima Wilayah Indonesia!

"Masih ada pedagang lain yang ngajak saya untuk melakukan aksi protes mahalnya harga ini, tapi saya enggak mau ikut lagi. Karena percuma, kita protes mengeluh bagaimanapun, pemerintah enggak akan didengar sama pemerintah," ungkapnya.

Akibat kenaikan harga tersebut, Banong mengaku, dirinya harus berjualan dari pagi hari hingga sore hari untuk menghabiskan daging sapi yang ia jual.

"Biasanya mah pukul 12.00 WIB, dagangan sudah habis, saya sudah pasti beres-beres meja dagangan. Tapi sekarang bisa dilihat, sudah siang begini dagangan saya belum habis terjual," keluh Banong.

Pedagang daging sapi lainnya, Ismed menambahkan, mengalami penurunan omzet hingga Rp 300.000 per hari, akibat kenaikan harga daging tersebut.

Baca juga: Antisipasi Kemacetan di Kawasan Puncak Akhir Pekan Ini, Polres Bogor Terapkan Ganjil Genap

Sebelumnya, Ismed mampu meraih omzet Rp 500.000 per hari. Namun, dalam sepekan terakhir pendapat tertinggi Ismed hanya Rp 200.000.

Selain kenaikan harga yang terjadi pada beberapa hari terakhir, situasi Pandemi Covid-19 saat ini menerpa juga semakin membuat pendapatan Ismed berkurang.

"Kalau berbicara penurunan omzet, di masa Pandemi Covid-19 ini saja pendapatan kita sudah menurun banget, dan semakin merugi ketika harga naik sekarang ini," kata dia.

"Sebelumnya saya bisa bawa pulang uang dalam satu hari itu Rp 500.000, tapi sekarang, untuk mencari uang Rp 200.000 saja susah," paparnya.

Kenaikan harga itu juga disebut Ismed, membuat para pelanggannya yang memiliki usaha rumah makan yang menggunakan daging sebagai bahan pokok merana.

Baca juga: Kawasan Banten Lama Mengalami Kerusakan Setelah Terendam Banjir, Petugas Lakukan Bersih-bersih

Para pelanggannya seperti pengusaha warteg dan pedagang bakso, kerap mengeluh kenaikan harga yang terjadi. Imbasnya, mereka mengurangi pembelian daging seperti semula kepada Ismed.

"Kenaikan harga ini juga membuat pelanggan saya protes, seperti pengusaha warteg dan penjual bakso, mereka mengeluhkan harga daging ini yang naik sangat tinggi," tuturnya.

"Jadinya mereka mengurangi pembelian daging dari saya, yang biasa belanja 5 kilogram daging, ya sekarang mereka hanya belanja 3 kilogram saja," terangnya.

Ismed pun mengharapkan, pemerintah dapat menurunkan kembali harga daging seperti semula. Pasalnya, kenaikan tersebut dinilai hanya menyusahkan masyarakat kecil.

Baca juga: Fery Ferdiansyah, Dokter Berpengaruh dan Berperan Penting Tanggulangi Covid-19 di Kota Tangerang

Menurutnya, kenaikan harga daging yang dapat dimaklumi adalah ketika menjelang hari raya besar, namun saat ini dinilai Ismed masih terlalu cepat untuk kenaikan harga yang terjadi saat ini.

"Kalau menjelang hari raya besar seperti Idul Fitri, Natal, Imlek atau Tahun Baru, bisa dimaklumilah kalau harganya naik. Tapi Idul Fitri kan masih lama, kok harganya udah naik dari sekarang sih," ucapnya.

"Kenaikan harga daging ini sangat menyusahkan kami masyarakat kecil, karena kalau begini terus kami mau makan apa, saking susahnya mencari omset untuk menutup biaya operasional sehari-hari," kata Ismed. (M28)