Tebu dari Jawa Timur, Bikin Es Tebu Sudah Manis dan Segar Tanpa Gula

Penulis: Miftahul Munir
Editor: Lilis Setyaningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diah (45) sudah 20 tahun berjualan air tebu di pinggir jalan kawasan Mangga Besar, Kelurahan Tangki, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA  - Bila  cuaca sedang panas, minum es tebu membuat dahaga dan rasa panas bisa hilang. Tebu yang digiling untuk diambil airnya, lalu ditambahkan es, tanpa gula sudah terasa manis dan segar.

Pedagang es tebu, gampang-gampang susah ditemui di pinggir jalan di wilayah Jabodetabek.

Salah satunya Diah (45) sudah 20 tahun berjualan air tebu di pinggir jalan kawasan Mangga Besar, Kelurahan Tangki, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat.

Tebu yang dijualnya ini berasal dari Jawa Timur dan memiliki rasa berbeda dari tebu di pulau Jawa lainnya.

Baca juga: Pedagang di Pasar Tradisional Serpong Prediksi Harga Daging Sapi Meroket sampai Ramadhan

Menurut Diah, air tebu dari Jawa Timur rasanya sangat enak dan manis, sehingga tidak perlu lagi ditambah gula.

Selama berjualan air tebu, ia bisa meraup keuntungan sehari Rp 200.000 sampai Rp 300.000.

Namun sejak pandemi Covid-19, pendapatan menjual tebu menurun drastis karena pembelinya semakin sepi.

"Kalau sehari saya bisa jual 10 meter sebelum pandemi, dua meternya bisa jadi satu gelas, kalau ditambah es batu bisa jadi satu teko," katanya.

Baca juga: Kafe Mane Kopi Hadirkan Kopi Nusantara untuk Semua Kalangam

Jika tidak ditambah es, rasa tebunya terlalu manis di lidah, sehingga harus dicampur es supaya rasa manisnya berkurang.

Satu gelasnya, ia menjual dengan harga Rp 5.000 dan bisa diplastik atau minum ditempat.

Namun wanita bersuami itu harus bersabar menunggu pembeli di masa pandemi Covid-19 ini.

"Sebelum pandemi banyak yang beli, tapi sekarang buat dapat untung Rp 100.000 saja susah," jelasnya.

Baca juga: Kafe Segitiga Bermuda Jadi Lokasi Favorit , Tempat Nongkrong Orang Muda Kota Tangsel

Wanita asal Tegal ini berjualan di kawasan Mangga Besar dari pagi sampai sore hari.

Habis tidak habis ia harua tutup karena di sana kalau sore hari lapaknya dipakai pedagang makanan.

"Biasanya pukul 16.00 WIB sih sudah habis, saya gilingnya pakai mesin," terangnya.

Halaman
12