Saferin menceritakan, suatu ketika pernah ada salah satu warga dari Jawa Tengah datang ke Masjid Al-Atiq hanya untuk melihat tongkat kramat.
Baca juga: Masjid Al Alam Marunda, Tidak Pernah Terendam Banjir Rob Meski Berada di Pesisir Pantai
Sebab, kisah tongkat penyembuh segala penyakit ini sudah beredar luas di pulau Jawa dan pengurus masjid tidak mengetahui hal itu.
Warga misterius itu kemudian memberitahu pengurus masjid dan akhirnya tidak ada lagi yang boleh mengikis tongkat tersebut.
Namun Saferin tidak bisa memperlihatkan tongkat tersebut karena gudang penyimpanannya dikunci.
"Jadi orang itu dapat cerita dari sepuh orang dahulu, bahwa di masjid sini ada tongkat untuk sembuhkan penyakit," tegasnya.
"Dikikis saja tongkatnya sedikit terus dibawa pulang, pas dilihat benar sudah ada kikisan makanya sekarang tidak boleh lagi disimpan dalam gudang," sambung Saferin.
Sejarah Awal Berdirinya Masjid Al-Atiq Kampung Melayu
Saferin mengakui tidak ada yang mengetahui secara persis sejarah masjid Al-Atiq yang sudah berdiri sekira 300 tahun.
Karena warga di sana awalnya mengenal tempat ibadah itu sebagai musala dan belum terjadi perluasan lahan atau tanah.
Di dalam bangunan masjid itu ada empat tiang membentuk kotak dengan jarak satu sama lain sekira 2,5 meter.
Empat pondasi itulah menjadi awal mula masjid ini berdiri karena memang peruntukannya hanya untuk salat dan istirahat.
Baca juga: Dibangun 1915, Masjid Jami Al Mamur jadi Saksi Bisu Perkembangan Tanah Abang
Di balik keramik pondasi tersebut masih ada sebuah tiang kayu dan posisinya tidak diubah pengurus masjid meski sudah terjadi beberapa kali renovasi.
"Dahulu ini hanya musalah, namanya Musala Kampung Melayu," tutur lelaki lanjut usia.
Menurut Saferin, Kampung Melayu adalah tempat pelarian para pahlawan yang diburu oleh pasukan Belanda.
Tokoh betawi yang terkenal bernama Bang Pitung saja pernah melarikan diri ke masjid Al Atiq saat dikejar kompeni.
Baca juga: Sejarah Masjid Kali Pasir, Masjid Tertua di Kota Tangerang Berusia 446 Tahun