Wajar saja Pitung itu dikejar karena memang kesehariannya melakukan perampokan dan hasilnya dibagikan ke warga miskin.
Selain itu, banyak tokoh Indonesia yang pernah datang ke masjid sejarah ini seperti Bung Karno, Mohammad Natsir, Bung Tomo, Buya Hamka dan lainnya.
"Kalau bertanya kapan masjid ini berdiri itu tidak ada yang tahu, yang jelas itu tahun 1632 sudah ada bangunan tempat ibadah ini," jelas pria berkacamata.
Renovasi
Saferin dari lahir sudah berdekatan dengan Masjid Al-Atiq dan sewaktu masih kecil ia sering bermain di tempat tersebut.
Saferin usianya sudah sekira 60 tahunan, tentunya sudah banyak perubahan di masjid itu sesuai perkembangan jaman.
Contohnya, saat usianya masih kanak-kanak ia ingat tempat berwudu warga itu bukan menggunakan keran, tapi sebuah kolam besar seperti air kobakan.
Kemudian beduk penanda adzan berada di tempat salat wanita dan saat ini sudah dipindahkan ke bagian belakang.
Baca juga: Safari Ramadan, AHY Napak Tilas hingga Bukber di Masjid Luar Batang Penjaringan
Di bagian belakang pondasi tahun 1980an masih ada tangga untuk ke lantai dua dan menuju menara.
Saferin mengaku sudah tiga kali mengalami renovasi masjid tersebut, pertama pada tahun 1985 silam dengan membangun lantai dua.
Kemudian pada tahun 2002 paska peristiwa banjir besar melanda DKI Jakarta, terjadi renovasi fisik bangunan dan mengubah kubah.
Jaman itu, kubahnya terbuat dari genting sirap atau seperti papan, setelahnya diganti dengan genting beton dan saat ini sudah menggunakan baja ringan.
Bahkan luas masjid itu terus bertambah dari tahun ke tahun hingga sekarang mencapai 1.333 meter persegi.
"Terakhir itu belum lama ini terjadi renovasi, karena kalau ada keramik yang sudah rusak, ada yang bocor dan lainnya kami renovasi," tegasnya.
Aktivitas di Bulan Ramadan