Ramadan 2022

Kisah Dua Warga Binaan Mualaf di Lapas Karawang, Menemukan Islam di Balik Jeruji Besi

Penulis: Muhammad Azzam
Editor: Lilis Setyaningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah dua warga binaan Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kelas IIA Karawang yang mualaf.

"Dari kecil sudah ada niat, tapi baru yakin saat sekarang ini pas di penjara," ucapnya.

Baca juga: SMP di Kota Tangerang Dipersilakan Adakan Pesantren Kilat dengan Penerapan Protokol Kesehatan Ketat

Senada dengan Candra, ia tengah belajar beribadah. Seperti salat, mengaji, dan puasa. "Sekarang belajar iqro, karena belum bisa kalau baca Al-Quran langsung," tuturnya.

Kasi Binadik (Pembinaan dan Pendidikan) Lapas Kelas IIA Karawang, Kamesworo membenarkan adanya 2 santri mualaf di Pesantren milik Lapas Karawang.

"Alhamdulillah ada dua santri yang mualaf, keduanya juga langsung disunat karena kan belum disunat," kata dia.

Dikatakannya, saat ini jumlah santri yang ada Pesantren Nurul Iman terus bertambah. Awal pendiriannya hanya ada 120 dan sekarang mencapai 200 orang.

Baca juga: Wahidin Halim Berharap Santri di Pondok Pesantren Bisa Bersaing Global

Pengajar mereka berasal dari Kantor Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kegiatan pesantren tersebut pun dilakukan secara rutin dari hari Senin hingga Jumat. Pelaksanaan dilakukan dari pagi hari hingga siang hari.

"Dari Jam 9 hingga jam 11 Siang, dilanjut nanti kegiatan salat berjamaah zuhur maupun aktivitas lainnya," katanya.

Suasana bulan suci Ramadan di Pondok Pesantren Nurul Iman Lembaga Pemasayarakatan (Lapas) Kelas IIA Karawang. (Tribun Tangerang/Muhammad Azzam)

Kamesworo menerangkan, tujuan hadirnya Pondok Pesantren Nurul Iman di Lapas Karawang ini untuk menambah ilmu, seperti membaca tulis Al-Quran, salat, serta menjadi perilaku yang baik.

"Tentu kami berharap hadirnya ponpes ini mereka bisa berbuat baik, bahkan menjadi ustaz dan mendirikan pondok pesantren," imbuh dia. (MAZ)