Ramadan 2022

Risiko Sopir Bus, Antar Penumpang Mudik Sementara Dirinya Tidak Bisa Pulang Kampung

Penulis: Rendy Rutama
Editor: Lilis Setyaningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Edi Santoso, Sopir Bus Jakarta - Ponorogo saat ditemui di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur, Jumat (22/4/2022).

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Sopir bus berperan besar dalam kelancaran dan keselamatan penumpang. Terutama saat puncak keramaian  seperti mudik lebaran.

Namun, peran itu butuh pengorbanan sang sopir.

Mengantarkan orang bisa mudik tapi dirinya sendiri terpaksa tidak bisa mudik. 

Edi Santoso (37) mengaku sedih karena belum bisa pulang ke kampung halamannya di Madiun, Jawa Timur sebab profesinya sebagai sopir bus lintas daerah belum mendapatkan jatah libur.

Baca juga: Kapolri Minta Perusahaan Beri Cuti Mudik Lebaran Lebih Awal ke Pegawai untuk Cegah Kemacetan

"Ditambah sebentar lagi jelang mudik 2022, pasti saya harus utamakan pelayanan masyarakat mudik," ujarnya saat ditemui sedang beristirahat di dalam bus yang terparkir sekitar wilayah terminal terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur, Jumat (22/4/2022).

Lelaki yang ditemui sedang bermain telepon genggam tersebut menilai tuntutan pekerjaannya sudah menjadi tanggung jawab ia sebagai ayah, dan harus menerima risiko yang didapat dengan lapang dada.

Selama mendapatkan jatah libur mingguan, ia mengaku hanya bisa menghabiskan waktu tersebut untuk bercengkrama dengan rekan seprofesi di mes perusahaan ia bekerja.

"Saya kerja harus terima risiko apapun itu" ujar Edi 

Baca juga: Polisi Data Rumah Warga yang Tinggalkan Rumah Kosong saat Mudik Lebaran 2022

Ia mengatakan mudik lebaran tahun 2022 sudah resmi diperbolehkan, sehingga membuat dirinya harus tetap bekerja saat Idulfitri.

Konsekuensinya, harapan Edi untuk melepas rindu dengan keluarga di kampung saat lebaran juga dipastikan kembali ditunda.

"Lebaran tetap kerja, kan saya yang sopir," ujar lelaki berambut pendek tersebut.

Ragam cara ia lakukan untuk melampiaskan rasa kerinduan ke keluarganya.

Baca juga: Tiket Mudik Gratis dari Pemprov DKI Ludes, Tersisa Tinggal Kursi Arus Balik Ada 857


"Video call, dan teleponan aja saat ini," tuturnya dengan intonasi suara yang pelan.

Tujuan Edi bekerja menurutnya untuk membuat keluarganya bahagia lahir batin.

Di dalam bus berwarna hijau tersebut ia menceritakan terkait harapan bekerja untuk membuat dapurnya tetap ngebul.

"Seneng pasti melihat mereka (anak dan istri) bahagia, bisa tahu dari video call juga kan," lugasnya dengan mata yang terlihat berkaca-kaca.

Baca juga: Polda Metro Pastikan Tilang ETLE Kecepatan di Tol Berlaku Meski Mudik


Edi berharap  dari kerja kerasnya ini dapat membiayai anaknya hingga meraih gelar sarjana.

Ia juga menjelaskan pendidikan sejak dini perlu dilakukan, untuk tujuan yakni bisa bekerja lain profesi dari ayahnya.

"Tabungan Alhamdulillah ada, untuk keluarga dan anak di masa depan," jelasnya.

Sebelum menjadi Sopir Bus, Edi mengaku sempat bekerja sebagai chef atau koki di tempat makan daerah Jakarta Pusat.

Baca juga: Polres Metro Tangerang Kota Kerahkan 1.036 Personel Selama Arus Mudik 2022


Ia masih berharap kelak  bisa mengembangkan bakat memasak, dan dapat membuka usaha rumah makan di hari tuanya.

"Sekira tahun 2009 saya aktif di bagian kitchen restaurant," ungkap lelaki yang menggunakan baju kaos hitam tersebut.

Perbedaan profesi dari sebelumnya yang berkutik dengan alat masak, dan saat ini membawa penumpang, dirasa harus belajar lebih giat untuk beradaptasi.

Baca juga: Khawatir Kendaraan Ditinggal di Rumah Saat Mudik Lebaran? Bisa Titip di Kantor Polsek dan Polres

Berusaha bersyukur dan mengerti keadaan diungkapkan Edi menjadi cara mengarungi kehidupannya.

Susah dan senang dirasanya layak dijadikan pedoman dalam kehidupannya.

"Hidup intinya bersyukur mas, tidak ada yang tau juga ke depannya, intinya berusaha," ucap Edi.

Sembari duduk di bangku penumpang bus yang terasa terbuat dari kulit, ia mengaku sempat mengalami culture shock atau perbedaan pemaknaan budaya.

Baca juga: Dishub Kota Tangerang Prediksi Arus Mudik di Terminal Poris Plawad Mulai H-10 Lebaran


Respon tidak mengenakan dari penumpang kerap dirasakan.

"Saya juga awalnya kesel sama penumpang yang keras kepala, minta turun bus semaunya mereka," katanya sembari tertawa.

Seiring berjalannya waktu, ia merasakan sudah bisa menerima terkait risiko secara keseluruhan pekerjaannya. Termasuk tidak pulang saat Lebaran.