"Saya dagang mulainya siang sampai nanti pukul 22.00 WIB. Meski lelah namun demi anak dan orangtua saya di Madura saya tetap semangat," ungkapnya.
Baca juga: Ahmad Riza Patria Minta Pengelola TransJakarta Evaluasi Kedai Kopi di Halte Harmoni
Berbagai jenis minuman kopi instan sachet menjadi produk andalan Imah dengan harga yang relatif murah.
Murah harga untungpun tak banyak namun cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya kedua putrinya yang masih bersekolah.
Perempuan yang mengenakan hijab hitam ini menuturkan dalam sehari pendapatannya tak menentu.
"Tak menentu, kalau lagi ramai bisa dapat Rp 200.000 per hari itu kotor tapi ya. Kalau hari biasa Rp 100.000 per hari sudah bersyukur. Itu buat kebutuhan sehari-hari seperti belanja dan kirim untuk yang di kampung," jelas dia.
"Di sini saya menjual kopi panas dan es, teh, kacang, dan mi. Kalau kopi Rp3.000, kalau yang es Rp4.000 - Rp5.000," imbuhnya.
Baca juga: Bang Ben dan Penggiat Kopi Tangsel Nyanyi Bareng di Kafe Omblek
Imah mengatakan, saat pandemi Covid-19 penghasilan yang dihasilkannya sangat menurun drastis. Bahkan, untuk bisa makan saja ia dan suaminya sangat bersyukur.
"Sepi sekali, bisa makan saja sudah bersyukur saya, buat titip ke kampung untuk anak saya saja tidak bisa," ucapnya dengan nada lirih.
Saat ditanya harapannya, Imah berharap, meski hanya menjadi pedagang kopi keliling dirinya ingin membiayai pendidikan kedua anaknya hingga perguruan tinggi. (m27)