TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Keberhasilan penanganan Covid-19 di Indonesia tak dapat dilepaskan dari program vaksinasi, salah satunya program Vaksinasi Merdeka.
Program yang diinisasi oleh Polda Metro Jaya itu mendapat perhatian organisasi internasional, yakni OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi).
Program Vaksinasi Merdeka bahkan menjadi salah satu studi kasus yang diminta oleh Kantor Pusat OECD untuk dipresentasikan di Paris, Perancis.
Kepala Posko Vaksinasi Merdeka Polda Metro Jaya, Komisaris Polisi Supriyanto mengatakan, Vaksinasi Merdeka dipresentasikan karena inovasi program itu dinilai sejalan dengan rekomendasi OECD untuk para pengambil kebijakan di seluruh dunia.
Adapun Vaksinasi Merdeka yang dilakukan di wilayah hukum Polda Metro Jaya menggunakan pendekatan komunikasi sosial yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
Supriyanto mengklaim, vaksinasi merdeka menekankan pada kekuatan partisipasi aktif publik yang diawali dengan pendekatan persuasif kepolisian, melalui desain program yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan publik.
"Metode ini berhasil karena meninggalkan pendekatan Top Bottom menjadi Bottom Up, sehingga no one left behind,” ujar dia, dalam keterangannya pada Kamis (29/9/2022).
Hasilnya, Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil mengendalikan Covid-19 melalui program vaksinasi.
Padahal, Indonesia diketahui bukanlah negara produsen vaksin seperti Tiongkok, Uni Eropa, India, hingga Rusia.
Di sisi lain, peneliti program Vokasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengatakan dengan jumlah populasi, luas wilayah, dan serbuan hoax, program vaksinasi awalnya tidak disambut positif oleh masyarakat luas.
Baca juga: Ini Persiapan Pemkot Tangerang akan Beri Vaksinasi Covid19 Dosis Ketiga untuk Masyarakat
Hingga Indonesia pernah mengalami guncangan sosial di saat serbuan varian Delta.
"Vaksinasi Merdeka mengawinkan tiga pendekatan, yaitu behavioral insights, penggunaan teknologi digital serta kearifan sosial, gotong-royong, yang berhasil melahirkan metode penyelengaraan vaksinasi yang kolosal di berbagai titik dengan biaya penyelenggaraan yang efisien (cost per shoot US$ 0,6-1)," katanya.
"Lalu pengelolaan ribuan relawan yang bekerja secara bersamaan di satu waktu secara masif, penyelenggaraan yang singkat (17 hari)," sambung Devie.
Namun, dengan dampak yang terukur, capaian warga yang tervaksinasi lebih dari 97 persen.
"Sebelum hadirnya metode Vaksinasi Merdeka, capaian vaksinasi baru mencapai 33 persen," kata Devie.
Baca juga: 3.000 Tenaga Kesehatan Kabupaten Tangerang Telah Vaksinasi Covid-19 Tahap Booster ke-2
Untuk itulah, Indonesia diundang untuk mempresentasikan keberhasilan strateginya dalam penanganan Covid-19 berbasis pendekatan komunikasi digital dan sosial di Kantor Pusat OECD.
Pada kesempatan tersebut, lebih dari 40 delegasi dari sedikitnya 16 negara maju di dunia hadir untuk menyimak presentasi itu.
Selain Indonesia, Singapura turut diundang mewakili negara Asia Tenggara.
Sementara itu, Head of Open and Innovative Government Division, OECD, Carlos Santiso mengatakan pertemuan ini berlangsung untuk mendengarkan berbagai studi kasus dan capaian berbagai negara di dunia.
Dalam hal ini yang menggunakan pendekatan komunikasi untuk memperkuat tingkat kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah.
"Tidak hanya itu, pertemuan ini juga membagikan insight dari penggunaan Big Data dan Behavioral Study dalam praktik komunikasi publik selama pandemi,” ujar Carlos. (m31)