Menurut dia, para penumpang wanita bisa bergeser ke arah tempat duduk prioritas atau khusus wanita.
Selain itu, kata Gita, memakai baju tertutup, berjaket, dan bergeser ke kerumunan wanita jika sedang sendirian, bisa menjadi solusi agar tetap aman saat menaiki kendaraan umum.
"Kalau saya sendiri lebih milih cari aman, ambil daerah wanita terus kalau naik KRL, bisa naik peron paling ujung khusus wanita," jelas Gita.
"Yang penting jangan pakaian terbuka, pakai jaket, sepatu, terus jangan sendirian juga. Dikerumunan wanita saja kalau sendiri," imbuh dia.
Gita mengaku, dengan menerapkan hal tersebut, dirinya tidak pernah mendapat perlakuan tak senonoh dari pengguna Transjakarta lain, sekalipun dalam kondisi penuh.
"Iya Alhamdulillah enggak pernah, tapi hampir kecopetan pernah sih, untung keburu sadar," ujar Gita.
Sementara itu, menanggapi kasus pelecehan tersebut, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) angkat suara.
Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transjakarta, Apriastini Bakti Bugiansri membenarkan kejadian tersebut.
"Kami sudah menindaklanjuti kejadian tersebut, dan menyerahkan kepada pihak berwenang," ujar Apri berdasarkan keterangannya, Selasa (21/2/2023).
Apri memastikan saat ini telah menyerahkan kasus tersebut kepada pihak berwenang, yaitu kepolisian.
"Pelaku sudah ditangkap dan diamankan oleh pihak berwajib," kata Apri.
Ia pun sangat berterima kasih dan mengapresiasi keberanian korban juga kesiapsiagaan petugas pramusapa Transjakarta.
Apri menilai para petugas telah sigap dalam menyikapi setiap kejahatan yang terjadi di lingkungan layanan Transjakarta, termasuk pelecehan seksual.
"Dengan ini, kami menolak dan mengecam keras adanya tindakan pelecehan seksual tersebut," pungkas Apri.
Siapapun pelakunya kata Apri, harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku.