Fakta Putri Sultan Yogya Terciduk Naik Becak, Netizen Bandingkan dengan Rubicon Anak Pegawai Pajak

Penulis: Desy Selviany
Editor: Ign Prayoga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Putri bungsu Raja Yogyakarta, GKR Bendara, tertangkap kamera sedang naik becak.

Di struktur keraton, GKR Bendara menjabat sebagai Penghageng Nityabudaya, divisi keraton yang berwenang atas museum dan kearsipan.

GKR Bendara mengaku bandel semasa kanak-kanak dan nilai rapornya pun berwarna-warni.

Menjadi anggota keluarga terkecil, ia suka mengadu kepada orangtua bila jadi korban keisengan kakak-kakaknya. Namun sebenarnya hubungan mereka sangat erat.

"(Sebagai anak bungsu) enaknya saya tidak perlu nyetir mobil, saya tidak perlu mengeluarkan ongkos makan karena saya punya kakak-kakak yang nraktir saya. Tidak enaknya, kebanyakan acara yang tidak diinginkan (oleh para kakak) jatuh ke saya, yang pintar basa-basi kata mereka," ujar GKR Bendara.

Di luar keraton, jabatan GKR Bendara cukup banyak, salah satunya adalah Wakil Ketua 3 KONI.

Ia juga mengurusi usaha kecil menengah di bawah BKKBN serta usaha menengah-besar di bawah ICSB.

Selain itu ia mengetuai Perhimpunan Pengusaha Taman Rekreasi Indonesia (Putri) dan duduk dalam Dewan Pertimbangan Tourism Board.

Pariwisata memang menarik hatinya. Setelah menamatkan pendidikan menengah atas di Singapura, ia memutuskan kuliah di jurusan International Hospitality and Tourism Management di IMI Switzerland.

Seperti mahasiswa lain, ia diwajibkan magang di dapur, restoran, dan hotel. Ia mengupas berkarung-karung kentang dan wortel.

Saat bekerja di hotel, ia harus bangun jam 4 pagi, lalu membersihkan kamar mandi hingga menyiapkan sarapan.

Namun, ia menikmatinya. "Saya bawa enjoy karena dengan begitu saya memiliki pengalaman. Saya sadar tidak mungkin ada orang yang mau memperkerjakan saya seperti itu di Indonesia dengan status saya," ujar GKR Bendara.

Ia mematahkan anggapan bahwa putri keraton ‘tinggal duduk manis’. "Sejak berusia 17 tahun saya sudah kerja," ujar GKR Bendara yang pernah bekerja paruh waktu di perusahaan retail di Singapura semasa sekolah di negara tersebut.

Kuliah pascasarjana ia ambil di Edinburgh, Skotlandia, dengan konsentrasi warisan budaya. Padahal, dulu GKR Bendara tak begitu menyukai pelajaran yang mengharuskan banyak membaca, termasuk sejarah.

"Saat S2, saya terjerumus di (jurusan) heritage tourism," katanya.

Tak pernah pula terlintas ia akan menyukai museum. "Mungkin karena sejarah ini berkaitan dengan saya, saya sangat berminat ke situ. Sekarang saya dituntut untuk membaca tentang sejarah saya, leluhur saya," katanya.

Halaman
1234