Setelah sekolah di luar negeri, ia merindukan suasana khas itu, seperti upacara sungkeman dan pertunjukan tari.
"Saat kuliah saya benar-benar memahami kehidupan saya berbeda. Saya beruntung memiliki rumah yang dekat dengan kebudayaan jadi saya berusaha mengenalkannya pada anak-anak," kata GKR Bendara.
Keistimewaan selalu datang dengan konsekuensi. GKR Bendara mengakui ada ketidaknyamanan ketika orang-orang berekspetasi terlalu tinggi.
Ia seolah dituntut untuk selalu tampil sempurna dan terus menerus ramah.
GKR Bendara kadang dicegat warga yang minta foto bersama. GKR Bendara tak menolak meski sedang capek. Bila dia menolak, warga akan memberikan stempel sombong.
GKR Bendara berusaha memegang pesan Ngarsa Dalem, sayangilah orang yang sayang padamu dan cintailah musuhmu. "Gampang diucapkan, susah dijalankan, tapi harus dicoba," tuturnya.