Laporan ReporterTRIBUNTANGERANG.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Warga Tangerang Selatan perlu waspada akan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Umumnya ISPA menjadi ancaman ketika memasuki musim kemarau.
Penyakit ini sering muncul pada musim pancaroba akibat sirkulasi virus di udara yang meningkat.
Selain itu, perubahan udara dari panas ke dingin seringkali memperlemah daya tahan tubuh, sehingga menjadi lebih rentan terhadap penyakit ini.
Baca juga: Bocah 8 Tahun Terserang ISPA Gara-gara Asap Pembakaran Sampah Dekat RSUD Tangsel
Di Kota Tangerang Selatan sendiri sejak Januari 2023 tercatat sudah ada puluhan ribu kasus ISPA yang terjadi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar dalam keterangannya menyebut penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering disebut sebagai salah satu penyakit dari 10 penyakit teratas.
"Berdasarkan data laporan puskesmas di Kota Tangerang Selatan sampai dengan 2 Agustus 2023 terdapat acute nasopharyngitis (common cold) sebanyak 34.233, sedangkan acute upper respiratory infection (infeksi saluran pernafasan atas akut) sebanyak 29.699," ucapnya, Jumat (4/8/2023).
Kata Allin, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terjadi di saluran pernapasan, baik saluran pernapasan atas maupun bawah.
Infeksi ini dapat menimbulkan gejala batuk, pilek, dan demam.
"ISPA disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan. Saluran pernapasan yang dapat terserang infeksi bisa saluran pernapasan atas atau bawah. ISPA paling sering disebabkan oleh infeksi virus dan paling sering terjadi di saluran pernapasan bagian atas," ujarnya.
Baca juga: Pencemaran Batu Bara di Marunda, Warga yang Terdampak ISPA Meningkat Sejak Oktober 2021
Sementara terkait penularan ISPA dapat terjadi melalui kontak dengan percikan air liur orang yang terinfeksi.
Menurutnya, bakteri dalam percikan liur akan menyebar melalui udara kemudian masuk ke hidung atau mulut orang lain.
Adapun faktor risiko terjadi ISPA kata Allin yakni anak yang belum diimunisasi campak.
Penderita ISPA bahkan bisa berkomplikasi menjadi pneumonia.
Sementara belum mendapatkan imunisasi DPTHBHib berisiko difteri pertusis.
"Belum mendapatkan imunisasi PCV beresiko penyakit pneumonia, malnutrisi, berhubungan terhadap terjadinya ISPA pada balita, daya tahan tubuh yang lemah, perokok aktif," ucapnya.
Pihaknya pun mengajak masyarakat untuk melakukan pencegahan ISPA.
"Apabila kita yang sakit dan tidak ingin menularkan maka jalankan etika batuk dengan benar," ucapnya. (Raf)