Laporan Wartawan,
TRIBUNTANGERANG.COM, Gilbert Sem Sandro
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Ratusan warga Desa Rawa Burung, Kabupaten Tangerang, menggelar aksi unjuk rasa di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Berdasarkan pantauan Tribuntangerang.com, aksi demo tersebut dilakukan ratusan warga di akes menuju Bandara Soekarno-Hatta, yakni pada ruas jalur parimeter utara.
Mereka menuntut biaya ganti rugi kepada pihak Angkasa Pura (AP) II yang belum dibayarkan hingga lima tahun lamanya.
Pasalnya, bangunan tempat tinggal mereka terkena dampak yang digusur akibat perluasan landasan pacu Bandara Soetta.
Massa aksi demo itu didominasi oleh warga yang terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak dengan membawa spanduk ataupun poster yang berisi keluhannya masing-masing.
Selain itu, bendera kuning juga dikibarkan sebagai simbol bentuk protes masyarakat terhadap pihak Angkasa Pura II.
Baca juga: Gerbang Tol Cibitung 3 Diberlakukan Buka Tutup Selama 15 Menit Dampak Demo Buruh di Bekasi
Akibat aksi unjukrasa tersebut, akses menuju bandara tersibuk di Indonesia itu menjadi terhambat lantaran mengalami kemacetan panjang.
Aparat kepolisian dari Polres Metro Tangerang Kota dan Polresta Bandara Soetta pun diterjunkan untuk mengamankan aksi unjuk rasa tersebut.
Salah seorang warga Desa Rawa Burung yang menjadi korban gusuran, Nani mengatakan, pihak AP II belum membayarkan sama sekali uang ganti rugi akibat pembangunan landasan pacu pesawat Bandara Soetta.
Imbasnya, ia dan keluarganya terpaksa harus tinggal mengontrak untuk berlindung menjadi tempat tinggal.
"Kami menuntut bangunan yang belum juga dibayarkan oleh pihak AP II selama lima tahun terakhir yang membuat kami warga menjadi sengsara," ujar Nani kepada awak media, Senin (27/11/2023).
Lebih lanjut korban lainnya, Herman menambahkan, hutang Angkasa Pura II terhadap warga Desa Rawa Burung mencapai ratusan juta rupiah.
Baca juga: Pemkot Tangerang dan Angkasa Pura II Sepakat Perbaiki Jalan Juanda dan Garuda
Pasalnya, terdapat 97 rumah permanen dan non permanen yang habis tergusur untuk pembangunan landasan pacu pesawat, namun tak kunjung dibayarkan.
"Ada 97 rumah permanem dan non permanen yang belum di bayar pihak Angkasa Pura II yang biaya ganti ruginya belum dibayarkan sama sekali," lanjutnya.
"Padahal dari 97 rumah yang tergusur itu merupakan tempat tinggal lebih dari 1.000 warga yang sekarang malah menjadi korban karena kehilangan rumahnya," ungkap Herman.
Sementara itu Ketua RW 17 Desa Bojongrenged, Yassin menuturkan, warga hanya menuntut agar lahan dan bangunan mereka segera dibayarkan.
Selain itu, AP II diminta untuk menepati janji lainnya yakni membangun jalan dan sungai yang semula menjadi saluran pembuangan air.
Sebab selama jalan dan kali pengganti belum dibangun, Desa Bojong Renged dan Desa Rawa Burung terus dihantui banjir.
"Kami juga minta agar AP II segera bangun jalan dan kali penggantinya, karena air di saluran desa tidak bisa mengalir ke gorong-gorong jalan Perimeter Utara akibat tertutup plat besi," tuturnya.
"Apalagi, saat ini sudah mulai musim hujan dan warga RW 17 sudah menjadi korban akibat terendam air," terang Yassin.
Warga juga mengancam, akan mengerahkan masa lebih banyak untuk memblokade ruas jalur Parimeter Utara apabila pihak AP II tidak merealisasikan permintaan tersebut.
Sementara itu, Manager of Branch Communication & Legal Badar Soekarno-Hatta, Holik Muardi, belum memberi keterangan terkait aksi unjukrasa tersebut saat dikonfirmasi Tribuntangerang.com. (m28)