Kisah Seorang Pemuda dalam Perjuangan Jalani Cuci Darah dengan Dukungan JKN

Editor: Ign Prayoga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rewah Susanti (49), orangtua Aldi yang menjalani terapi hemodialisis atau cuci darah dengan mengandalkan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

TRIBUNTANGERANG.COM, TIGARAKSA - Berbicara tentang keberanian, kegigihan dan semangat, kisah seorang pemuda bernama Aldi Prasetyo (23) menjadi gambaran yang nyata dalam menghadapi tantangan besar dalam hidupnya.

Tervonis gagal ginjal sejak tahun 2019 menjadi tantangan yang berat bagi Aldi. Diwakili sang ibu, Rewah Susanti (49), berbagi cerita perjuangan Aldi menjalani terapi hemodialisis atau cuci darah dengan mengandalkan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

"Anak saya tidak punya riwayat penyakit penyerta. Jadi, seminggu sebelum divonis gagal ginjal, Aldi sempat mengeluh masuk angin. Akhirnya saya bawa ke klinik kemudian diberikan obat untuk beberapa hari ke depan," Rewah Susanti atau Santi Santi di Ciputra Hospital, Kabupaten Tangerang, Selasa (12/12/2023).

"Namun, saya kembali lagi ke klinik karena kondisinya tidak membaik dan terasa sesak. Akhirnya dokter memberikan terapi uap dan setelahnya terasa membaik. Tetapi keesokan harinya, Aldi kembali merasa sesak," imbuh Santi.

Melihat kondisi sang anak, Santi bergegas membawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Hermina Bitung, Tangerang.

Saat itu, Aldi langsung terdiagnosis gagal ginjal karena hasil pemeriksaan darah menunjukkan kadar ureum dan kreatinin yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, Aldi wajib menjalani terapi cuci darah.

Pada 14 bulan menjalani terapi, Aldi sempat mengalami asites selama sembilan bulan. Cairan tidak kunjung berkurang setelah menjalani tiga kali terapi cuci darah.

"Karena asitesnya tidak membaik, akhirnya Aldi dirujuk ke Ciputra Hospital untuk ditangani lebih lanjut oleh dokter spesialis ginjal dan hipertensi. Alhamdulillah, seluruh biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun," ungkap Santi.

"Kita tahu sendiri biaya cuci darah itu tidak murah. Dengan adanya JKN saya sangat tertolong sekali. Bahkan saya menyarankan ke kerabat yang belum terdaftar sebagai peserta JKN bisa segera diurus pendaftarannya. Karena peran JKN sangat nyata membantu masyarakat," tutur Santi.

Setelah mengalami asites, tekanan darah Aldi mengalami naik turun. Sehingga, ia memerlukan pemantauan oleh dokter spesialis jantung.

Beberapa kali sebelum menjalani cuci darah, tekanan darahnya menurun drastis. Diketahui, beberapa waktu lalu Aldi sempat masuk ruang Intensive Care Unit (ICU) karena ada gangguan pada ulu hati.

Atas seluruh kejadian tersebut, Santi bersyukur telah diberikan pelayanan yang terbaik selama perawatan sang anak. Di sisi lain, hal ini mungkin menjadi beban yang berat bagi pemuda seusia Aldi.

"Sebagai orang tua saya tidak munafik kalau pernah coba usahakan dengan membeli obat-obatan yang direkomendasikan kerabat. Karena Aldi masih muda saya lakukan semaksimal mungkin," ujar Santi.

"Namun, setelah berkonsultasi dengan beberapa dokter, saya akhirnya sadar kalau apa yang terjadi adalah kehendak dari Yang Maha Kuasa. Aldi menjalani cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu," imbuh dia.

"Bisa dibayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan jika dengan biaya pribadi. Saya sangat bersyukur karena biaya ICU dan terapi cuci darah Aldi gratis, termasuk obat-obatan," kata Santi.

Halaman
12