Sosok

Profil Alex Prabu, Dari Guru Kini Jadi Anggota DPRD Tangerang Selatan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Alex Prabu, anggota DPRD Kota Tangerang Selatan, sekaligus ketua fraksi PSI 

Laporan Reporter TRIBUNTANGERANG.COM, Rafsanzani Simanjorang

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Nama Alex Prabu dikenal sebagai sosok anggota DPRD Tangerang Selatan yang cukup vokal di badan legislatif kota berikon anggrek tersebut.

Tak jarang pula ia mengkiritik kebijakan-kebijakan pemerintah Kota Tangerang Selatan, hingga turun ke masyarakat yang butuh bantuan.

Alex Prabu, akrab disapa dengan nama Bro Alex.

Ia lahir di Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan, 1 Oktober 1964 lalu.

Alex merupakan anak ke enam dari 11 bersaudara. Alex menikah tahun 1994 dan dikaruniai empat orang anak.

Masa kecilnya pun banyak dilalui di kampung halaman, termasuk sekolah di SD Negeri 2 Prabumulih, SMP Negeri 1 Prabumulih dan SMA Negeri 1 Prabumulih.

"Saya dulu tamat SMA justru ingin jadi polisi. Saya ingin jadi polisi yang baik," kata sosok yang menjabat pula sebagai ketua fraksi PSI di DPRD Tangerang Selatan ini saat ditemui, Jumat (19/1/2024).

Sempat berlatih, namun ibunya, serta kakaknya mengirim dirinya ke Yogyakarta.

Alasannya agar dirinya tidak nakal mengingat Alex kerap berkelahi semasa sekolah.

Di Yogyakarta, Alex yang menyukai pelajaran Matematika, Biologi dan Fisika ini pun mencoba tes masuk Universitas Gajah Mada jurusan teknik Nuklir.

Hanya saja ia tak lolos.

Lalu, dirinya didaftarkan keluarga ke IKIP dengan jurusan bahasa inggris.

"Itupun tak lolos. Namun, dulu ditawarin kw jurusan fisika karena di jurusan itu belum banyak yang ambil fisika. Akhirnya saya masuk jurusan fisika. Toh saya juga suka," ujarnya.

Ia masih mengingat dimana 60 mahasiswa yang lolos, hanya 13 yang bertahan hingga lulus sampai akhir.

Kala itu, ia mampu meraih beasiswa Supersemar hingga beasiswa dari kampung halamannya, Romo SCY.

"Tahun 1988 itu saya lulus dan ditelpon oleh pastor, dan disuruh kembali ke Palembang untuk pengabdian. Saya berangkat dari Yogyakarta untuk mengajar di SMA Xaverius I Palembang," katanya.

Menjadi Guru

Kata Alex, ia menjadi guru di sekolah favorit tersebut tanpa melewati tahap tes.

Meski menjadi guru di sekolah swasta terkenal, Alex menyimpan hasrat untuk mengajar di sekolah negeri.

Menurutnya, pelajar sekolah negeri pun perlu bantuan pendidik yang bisa mengubah hidup pelajar tersebut. 

Ia pun tes pegawai negeri dan lolos di tahun 90'an.

Kala itu, ia masih dipercaya mengajar di SMA Xaverius dan mengabdi di salah satu SMP yang jarak per sekolah mencapai 60 KM 

Menjadi guru fisika, Alex Prabu dipercaya untuk membina siswa didik tes Olimpiade Fisika Internasional.

"Tahun 1998 saya jadi guru pembimbing anak-anak yang ikut Olimpiade ke Canada. Saat itu kami mendapat juara harapan," ucapnya.

Ia mengenang, saat menjadi guru pembimbing, dirinya sempat mengobrol dengan kepala dinas dan dijanjikan akan dipindah ke Palembang untuk mengajar di tingkat SMA.

Namun, janji tersebut tak pernah terwujud. Ia menanti namun tak pernah dipindah ke Palembang.

"Saya dulu pernah ditawarin ke SMA N 17. Dulu itu mau dijadikan sekolah favorit," katanya.

Kurangnya perhatian ke guru di negeri, ia justru memberanikan diri meminta pindah ke pihak sekolah Xaverius.

Jakarta pun menjadi tujuannya di tahun 1998.

"Saya lolos ke Santa Ursula Jakarta Namun waktu itu mereka membuka Ursula di BSD dan saya pindah ke BSD," katanya.

Pindah ke Jakarta, Alex mengorbankan status pegawai negerinya.

Kekecewaan akan kurangnya perhatian kepada guru di sekolah negeri kala itu membuat dirinya tak mementingkan status pegawai negeri.

"Di Ursula, saya tetap membimbing di fisika dan ikut membimbing anak-anak di berbagai perlombaan Olimpiade," ucapnya.

Aktif menjadi guru, Alex juga meneruskan pendidikannya.

Ia lulus Magister Pendidikan di UPH tahun 2004.

Terjun ke Politik

Lama menjadi pengajar dan pernah menjabat sebagai wakil kepala sekolah, Alex di usia 55 tahun (2019) mencoba mengembangkan kariernya.

Bukan mendirikan bimbingan belajar, ia justru memberanikan diri ikut pemilihan legislatif untuk kota Tangerang Selatan.

"Saya dulu berpikir dan penasaran apa yang diomongin oleh para anggota DPRD. Saya kan punya kisah-kisah juga di masyarakat, bersentuhan dengan masyarakat. Jadi saya ingin tahu tugas mereka apa di DPRD," ucapnya.

Empatinya yang terasah saat menjadi guru, dan pengalaman kehidupan bermasyarakat akhirnya ia memberanikan diri maju.

Ia termotivasi membantu masyarakat kalangan bawah.

2019 silam, ia masuk ke partai solidaritas Indonesia (PSI)

"Bagi saya partai ini sangat cocok dengan saya, meskipun partai baru," katanya.

Ia lalu bertarung di dapil Serpong, Setu.

Pertama ikut Bacaleg. Ia menemui masyarakat.

"Saya sifatnya tak mau berjanji. Tapi saya bilang ke mereka, bahwa saya akan mendengarkan aspirasi mereka. Itu saja dulu," katanya.

Hingga hari H, saat pemungutan suara berlangsung, Alex memilih untuk tidak memantau penghitungan suara.

Ia meyakinkan dirinya untuk percaya.

Sejumlah pesan dari simpatisan dan teman pun masuk ke handphonenya.

Ia menang di sejumlah TPS. Meskipun begitu, ia tak jemawa.

"Saya sama sekali tak tahu dan tidak penasaran dengan jumlah suara saya. Saya baru tahu kala KPU yang menginfokan," ucapnya.

Ia dipercaya rakyat dengan jumlah suara 2.480. Suara partai pun tinggi.

Usai mendapat kepastian menang, Alex kala itu menelpon istrinya.

Dengan mata berkaca-kaca, dan suara terbata-bata, ia mengenang obrolan bersama istri.

Saat itu, tak ada yang menyangka ia dipercaya rakyat menjadi anggota dewan.

"Jadi saya hubungi istri. Kemudian saya hubungi teman-teman saya yang dari satpam dan yang lainnya yang setia di laangan," katanya.

Terpilih jadi Anggota Dewan

Bagi Alex, lolos jadi anggota dewan merupakan pertaruhan yang penuh resiko.

Meskipun guru swasta, namun ada momen status gurunya di ujung tanduk saat diketahui ikut jadi Bacaleg.

Ia diminta mundur agar hanya fokus pada urusan politik.

Beruntung, masih banyak orang baik yang membantu dirinya sehingga tetap dipercaya jadi guru.

Hingga saat terpilih jadi anggota DPRD Tangerang Selatan, barulah dirinya mundur dari guru.

Saat menjadi anggota dewan, Alex Prabu terus meningkatkan pendidikannya.

Ia lulus Magister Hukum di Unpam tahun 2023 lalu. (Raf)