Dampak Ekonomi Pariwisata dari Laga Indonesia Vs Filipina: Hasilkan Rp100 Miliar dalam Semalam

Editor: Eko Priyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Taufan Rahmadi, anggota Dewan Pakar TKN Prabowo Gibran Bidang Parekraf di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2026). Taufan turut menyaksikan laga penyisihan grup F Pra Piala Dunia 2026 putaran kedua zona Asia antara timnas Indonesia kontra Filipina.

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Jumlah perputaran uang yang ditimbulkan dari laga Indonesia kontra Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2024) malam, bisa mencapai Rp100 miliar.

Bagaimana cara menghitungnya? Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Bidang Parekraf Taufan Rahmadi menjelaskannya khusus untuk pembaca TribunTangerang.com (Warta Kota Network).

Taufan membuat rincian sebagai berikut, mulai dari penjualan tiket hingga penggunaan transportasi umum.

Peredaran uang di laga Indonesia Vs Filipina:

1. Penonton yang hadir: 65.000 orang berdasarkan informasi yang disampaikan panitia sewaktu pertandingan

2. Harga tiket: Harga tiket dari harga yang tertinggi dan terendah, diambil harga tengah yang diasumsikan rata-rata sekitar Rp625.000, menghasilkan total pendapatan dari tiket:
65.000 penonton x Rp625.000= Rp40.625.000.000

3. Transaksi UMKM: Setiap penonton diperkirakan menghabiskan Rp200.000 untuk makanan, minuman, dan suvenir:
65.000 penonton x Rp200.000 = Rp13 miliar (m)

4. Sponsorship: Total sponsor diperkirakan Rp10 m

5. Hotel: Diasumsikan 20 persen penonton (13.000 orang) menginap di hotel dengan rata-rata biaya Rp1 juta per malam:
13.000 x Rp1 juta = Rp13 m

6. Suvenir: 30 persen penonton (19.500 orang) membeli merchandise dengan rata-rata pengeluaran Rp150.000:
19.500 x Rp150.000 = Rp2.925.000.000

7. Transportasi umum: Berdasarkan estimasi, sekitar 20 persen penonton menggunakan transportasi umum (KRL, MRT, bus). Jika rata-rata biaya transportasi adalah Rp50.000 per orang:
13.000 orang x Rp50.000 = Rp650 juta

Timnas Indonesia berpose sebelum menghadapi Filipina pada babak penyisihan Grup F putaran kedua Pra Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2024). (Tribunnews.com/Herudin)

 

Total dampak ekonomi dari semua variabel di atas sebagai berikut:

Rp40.625.000.000 (tiket) + Rp13.000.000.000 (UMKM) + Rp10.000.000.000 (sponsorship) + Rp13.000.000.000 (hotel)+ Rp2.925.000.000 (suvernir)+ Rp650.000.000 (transportasi) = Rp80,2 m

"Jadi, estimasi total dampak ekonomi paling minim dari pertandingan ini adalah sekitar Rp80,2 miliar bahkan mungkin menembus 100 miliar," ujar Taufan.

Kemenangan wisata Jakarta

Selain menghintung peredaran uang dari laga Indonesia versus Filipina, Taufan mengaku terkesan dengan atmosfer di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Menurutnya, suporter Merah Putih begitu militan.

Mau kondisinya panas terik, gerimin, hingga hujan deras, mereka tak berhenti memberikan dukungan untuk timnas Indonesia.

"Selain di lapangan, pertandingan ini menunjukkan betapa pentingnya sepak bola dalam mendukung ekonomi pariwisata. Ribuan penggemar yang datang dari wilayah Jakarta dan sekitarnya, bahkan dari berbagai penjuru kota di Indonesia, memberikan dampak ekonomi yang signifikan," ujar pengamat pariwisata tersebut.

"Hotel-hotel meningkat okupansinya, restoran dan pusat perbelanjaan mengalami lonjakan pengunjung, dan transportasi lokal menikmati peningkatan penumpang. Ini membuktian wisata nonton sepak bola dapat menjadi magnet yang kuat untuk menghadirkan pergerakan dan kunjungan wisatawan baik wisatawan lokal, nusantara atau pun mancanegara," sambung Taufan.

Thom Haye merayakan golnya ke gawang Filipina. (Instagram@timnas.indonesia)

Selain meningkatkan pendapatan langsung dari tiket dan pariwisata, lanjut Taufan, pertandingan seperti ini meningkatkan profil kota tuan rumah di mata dunia.

Halaman
12