TRIBUN TANGERANG.COM, PONDOK AREN- Naufal Athallah (18) harus mengubur impiannya berkuliah di Universitas Indonesia.
Faktor kegagalan Naufal masuk kampus yang identik dengan almamater kuning itu bukan saja karena skor yang tidak mencukupi namun juga kendala yang dia alami saat mengikuti tes.
Naufal ternyata diminta oleh pengawas ujian untuk melepas Alat Bantu Dengar (ABD) miliknya. Naufal Attallah adalah penyandang Tunarunggu yang harus menggunakan ABD di tiap aktivitasnya.
Kisah Naufal Athallah sukses membuat netizen terenyuh. Kisalnya viral berawal saat Naufal menceritakan kisahnya di aplikasi X.
"Saya mau menceritakan pengalaman saya, ketika mengalami ujian UTBK menggunakan alat bantu dengar," ucap Naufal Athallah di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Kamis (20/6/2024).
Naufal mengatakan mengikuti UTBK di Universitas Indonesia, Jumat, 14 Juni 2024.
Pada mulanya, Naufal sudah merasa jika ia dicurigai orang-orang, pada saat menunggu ujian dimulai.
Ia mendengar ada yang berbisik, diduga curiga karena ia menggunakan alat bantu dengar di telinganya.
"Saya mendengar 3 orang di samping saya, tapi tidak tau (itu) siapa saya sedang fokus, saya mendengar ada yang berbisik “ itu alat yang digunakan di telinga itu apa?” Dalam hati takut dikira aneh-aneh," kata Naufal.
Baca juga: Kronologi Naufal Athallah Diminta Lepas Alat Bantu Dengar hingga Dicurigai Joki saat UTBK di UI
Naufal mencoba menghiraukan orang-orang tersebut, dan melanjutkan membaca buku diselingi dengan berdoa.
"Saya diemin aja, saya fokus membaca rumus Matematika dan membaca doa," ucap siswa SMKN 12 Tangerang Selatan itu.
Sampai akhirnya, Naufal tak diijinkan menggunakan alat bantu dengar saat ujian berlangsung.
"Saya mau masuk ruang ujian, saya ijin tanya ke panitia, "Apakah boleh mengikuti ujian menggunakan alat bantu dengar, saya tuna rungu"," kata Naufal.
Namun, Naufal tak mendapatkan ijin untuk tetap menggunakan alat bantu dengar yang sudah digunakannya sejak usia 4 tahun itu.
"Dia jawab "Nanti kalau sedang ujian dilepas saja"," kata Naufal.
Karena tak mendapatkan ijin, Naufal pasrah dan melepas alat bantu dengarnya.
"Yaudah saya lepas, takutnya gak bisa ikut ujian, gak keluar hasil UTBK karena ada alat mencurigakan. Saya lepas alat bantu dengarnya, saya taruh di tas, saya ke meja ujian," ucap Naufal.
Karena tak menggunakan alat bantu dengar, Naufal mengakui jika dia tak lagi bisa mendengar pengarahan sebelum ujian dimulai.
Jelas saja, Naufal merasakan kebingungan karena tak bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh panitia.
"Di situ ada pengarahan sebelum ujian, saya sudah tidak pakai alat bantu dengar, saya merasa bingung, tidak dengar apa-apa, panitia ngomong," kata Naufal.
Naufal hanya bisa berusaha untuk melihat gerak bibir panitia, agar bisa mengetahui apa yang dibicarakan.
"Saya mulai fokus bacaan gerakan bibir panitia, saya agak bingung panitia ngomong apa, saya bingung," ujar Naufal.
Tak sampai disitu, Naufal juga merasakan kebingungan ketika mengerjakan soal UTBK saat itu.
Bukan tanpa alasan, Naufal merasa jika tubuhnya tak lagi stabil karena tidak menggunakan alat bantu dengar.
"Saya tetap semangat ujian, tapi lama kelamaan menurun, karena kalau tidak menggunakan alat bantu dengar itu, kestabilan saya menurun, saya tidak fokus, hilang arah," kata Naufal.
Meskipun demikian, Naufal tetap berusaha mengerjakan ujian UTBK meski semangatnya mulai menurun.
Setelah selesai ujian, Naufal tetap dipandangi dan tetap dicurigai oleh orang disekitarnya, sehingga terbawa perasaan.
"Setelah ujian saya pakai lagi alat bantu dengarnya, saat selesai ujian tetap ada yang ngeliatin, tidak semuanya, cuman kaya ada 3 orang, dan saya langy pulang dengan perasaan yang tidak enak," kata Naufal.
Meskipun demikian, Naufal meminta maaf kepada Universitas Indonesia karena pengalaman yang kurang menyenangkan ini viral di media sosial.
Naufal berharap kedepannya penyandang tuna rungu dan Disabilitas sepertinya bisa mendapatkan ruang untuk mengikuti ujian.
"Harapannya buat UTBK 2025, saya harap ini ada opsi untuk penyandang disabilitas, apalagi banyak di aplikasi x yang mengalami hal serupa seperti disuruh lepas alat bantu dengar," ucap Naufal.
"Karena sebelumnya ada opsi tuna rungu dipendaftaran, itu bisa memudahkan saat mengikuti ujian, dengan menggunakan alat bantu dengar, kemaren kecewa karena kurang fokus," imbuhnya.
Kini, Naufal hanya bisa pasrah menerima kenyataan tak lolos UTBK di Universitas Indonesia untuk jurusan Sistem Informasi (SI).
"Hasil UTBK saya.. karena saya memilih jurusan agak tinggi, jadi belum mencukupi nilainya, terlebih lagi saya juga kurang maksimal ketika mengerjakannya," pungkasnya. (m30)
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News