TRIBUNTANGERANG.COM - Insiden hilangnya 200 kilogram daging rendang di konten Willie Salim tengah menjadi berbincangan publik.
Bahkan insiden ini juga membuat beberapa orang melaporkan Willie Salim ke jalur hukum, pasalnya konten itu dianggap merendahkan warga Palembang.
Terbaru, Sultan Palembang Darussalam, Mahmud Badaruddin IV, Raden Muhammad Fauwaz Diradja ikut murka atas konten Willie Salim soal rendang 200 kilogram hilang.
Konten rendang hilang milik Willie Salim dianggap menodai ciri khas masyarakat Palembang, maka dari itu Willie Salim didesak untuk menyampaikan permintaan maaf.
Sultan Palembang juga turut melayangkan 5 tuntutan kepada Willie Salim atas kontennya yang kini menjadi polemik hingga mencoreng nama Palembang.
Berikut lima tuntutan yang dikeluarkan Kesultanan Palembang Darussalam, Selasa (25/3/2025):
1. Klarifikasi dan Permintaan Maaf Langsung
Sultan Palembang Darussalam, YM Sultan Mahmud Badaruddin IV Raden Muhammad Fauwas Diradja SH M.kn, meminta Willie Salim untuk mengklarifikasi kejadian tersebut secara jujur dan meminta maaf kepada masyarakat Palembang secara langsung, bukan melalui video yang diunggah di media sosial.
Permintaan maaf diharapkan dilakukan melalui rapat adat di dalam Kesultanan Palembang.
2. Tradisi Tepung Tawar
Kesultanan Palembang Darussalam mendesak Willie Salim untuk melakukan tradisi tepung tawar sebagai bentuk permintaan maaf dan pembersihan diri atas tindakannya yang dianggap melanggar adat Melayu Palembang, sebagaimana tertulis dalam Undang-undang Simbur Cahaya.
Ia juga menggarisbawahi bahwa video tersebut bertentangan dengan tradisi makan masyarakat Palembang, yang menjunjung tinggi tata krama dan penghormatan terhadap tamu.
"Dalam budaya kami, tamu adalah raja yang harus dilayani dengan hormat, bukan dijadikan bahan ejekan," kata Sultan.
3. Penghapusan Video
Kesultanan Palembang Darussalam mendesak Willie Salim untuk menghapus semua video terkait kegiatan memasak rendang di BKB yang mengandung unsur hinaan, bullying, dan fitnah dari semua platform media sosial, termasuk YouTube, Instagram, TikTok, dan Facebook.
"Video ini telah menimbulkan stereotip buruk terhadap masyarakat Palembang. Padahal, apa yang terjadi di BKB tidak mewakili budaya kami yang sesungguhnya," paparnya.