Kasus PT Sritex

Komandan Linmas Kesulitan Berkomunikasi dengan Keluarga Iwan Setiawan Lukminto, Lurah Belum Ketemu

Editor: Joseph Wesly
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DIKENAL TERTUTUP- Isak tangis iringi pertemuan petinggi PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX), Iwan Kurniawan Lukminto (menangis) dan Iwan Setiawan Lukminto (kanan) dengan ribuan buruh di hari terakhir bekerja pada Jumat (28/2/2025). Iwan Setiawan Lukminto dikenal tertutup di kelurahannya. (TribunSolo.com/Anang Ma'ruf)

TRIBUN TANGERANG.COM, SOLO- Komisaris Utama PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto resmi menjadi tersangka.

Dia ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pemberian dana kredit bank.

Tidak sendiri dia ditetapkan menjadi tersangka bersama eks Direktur Utama Bank DKI periode 2020, Dicky Syahbandinata dan Pimpinan Divisi Komersial dan Korporasi Bank BJB periode 2020, Zainuddin Mappa.

Akibat pemberian kedit tersebut, negara mengalami kerugian sebesar Rp 692 miliar.

Dikenal Tertutup

Sosok keluarga bos Sritex Iwan Setiawan Lukminto ternyata dikenal tertutup.

Setiawan disebut jarang berbaur dengan warga. 

Pernyataan itu dilontarkan oleh Lurah Setabelan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Asti Murti.

Baca juga: Jadi Tersangka, Bos Sritex Iwan Setiawan Lukminto akan Ditahan 20 Hari ke Depan di Rutan Salemba

Asti Murti mengaku pernah berinteraksi secara langsung dengan Iwan.

Walau jarang berinsteraksi, keluarga Iwan disebut sering memberi donasi ketika masyarakat sekitar mengadakan kegiatan.

"Kalau keluarga Lukminto yang lain misal ada kegiatan (masyarakat) sempet dikasih support juga sih. Iya (17 Agustusan)" katanya.

Hal berbeda diungkap Komandan Linmas Kelurahan Setabelan, Paryanto.

Selama bertugas,  dia mengenal sosok Iwan dan keluarganya cukup tertutup dengan warga sekitar.

Bahkan, untuk urusan menyerahkan tagihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tak jarang petugas kelurahan kesulitan menemui Iwan maupun keluarganya.

"Keluarganya kan tertutup, kita mah mendekati rumah saja enggak bisa. Kita mau nyerahkan PBB aja kadang kesusahan. Lewat satpam aja kadang enggak mau nerima," papar Paryanto.

Halaman
12