Kapal Tenggelam di Selat Bali

4 Kisah Mencekam Korban Selamat Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali

Editor: Joko Supriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KMP - Potret KMP Tunu Pratama Jaya beberapa waktu lalu. 2 Dugaan Penyebab Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali: Terhantam Ombak-Kebocoran Mesin

TRIBUNTANGERANG.COM - Insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menyisakan cerita-cerita menegangkan dari para korban yang berhasil selamat.

Kapal milik operator swasta PT Raputra Jaya itu mengalami blackout sebelum akhirnya terbalik dan hanyut. Padahal saat itu kapal tersebut tengah membawa 65 penumpang.

Sementara berdasarkan data sementara dikutip dari Tribunnews.com, sejak Kamis (3/7/2025) siang tadi, tercatat ada 31 penumpang yang selamat. 

Sedangkan 4 orang ditemukan meninggal, lainnya masih dalam proses pencarian tim SAR.

Dari puluhan orang yang berhasil selamat dalam insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, ternyata beberapa diantaranya memiliki cerita menegangkan dalam upaya menyelamatkan diri.

Apalagi kejadian kapal tenggelam terjadi pukul 23.25 WIB, beberapa penumpang yang selamat pun sempat terombang ambing di lautan, sebelum akhirnya berhasil di evakuasi.

Berikut ini beberapa cerita dari para korban selamat dalam insiden KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali;

Melompat ke Laut

Richo Krafsanjani merupakan salah satu korban selamat dalam insiden Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya yang tenggelam.

Ia merupakan salah satu anak buah kapal (ABK), saat kejadian ia sempat melompat ke laut dan mencoba mengarahkan penumpang untuk menggunakan perahu karet.

"Saya lompat ke laut saat kapal sudah miring dan blackout. Saya langsung arahkan orang-orang ke perahu karet, ada belasan orang yang naik," kata Richo di Jembrana di kutip Kompas.com pada Kamis (3/7/2025).

Setelah naik ke perahu karet, para korban terombang-ambing di tengah laut semalaman tanpa bantuan. Ombak tinggi dan angin kencang memperburuk kondisi mereka.

"Banyak yang sudah muntah, kelelahan, minum air laut. Mau dayung tidak bisa. Kami hanya bisa menunggu," ujarnya.

Pada Kamis (3/7/2025) pagi, perahu karet yang ditumpangi Richo dan penumpang lainnya ditemukan oleh perahu nelayan yang melintas.

Perahu tersebut kemudian ditarik oleh perahu nelayan hingga Pantai Pebuahan di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali.

Terombang-ambing Tanpa Pelampung

Imron (48), salah satu penumpang yang selamat, menceritakan pengalaman menegangkan saat kapal yang ia tumpangi tenggelam.

Ia nyaris kehilangan nyawa. Dalam keadaan panik dan tanpa pelampung, ia terombang-ambing di tengah laut.

15 menit meninggalkan Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Imron merasakan gelombang laut yang cukup tinggi. Ia melihat kapal bergoyang hebat ke kanan dan kiri dengan gerakan yang tidak normal.

"Saya lihat ada kru kapal melihat ke belakang, lalu mereka lari. Penumpang mulai panik dan keluar mengambil rompi pelampung,” tuturnya di Posko Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali.

Imron mengaku tidak sempat mengambil pelampung saat air mulai masuk ke dalam kapal. Ia berusaha menyelamatkan diri dan sempat ditendang oleh penumpang lain yang juga panik.

"Saya merayap keluar dari dalam air, dan lihat pelampung sekitar empat meter dari saya. Saya kejar pelampung itu," ujarnya.

Setelah sekitar 30 menit berenang dalam kondisi kelelahan, Imron berhasil meraih pelampung. Namun, mengenakan pelampung di tengah laut bukanlah hal yang mudah.

"Saya baru bisa pakai pelampung setelah berani menyelam sebentar. Saya ikat sendiri pelampungnya, lalu bersandar, istirahat. Saya benar-benar pasrah waktu itu," kata dia.

4 Jam di Lautan

Satu penumpang selamat lainnya yakni Saiful Munir (40) asal Jember. Ia ditemukan oleh nelayan dalam kondisi terombang ambing di laut.

Kemudian, Saiful langsung dievakuasi ke daratan oleh para nelayan. Saiful berhasil ditemukan oleh nelayan di perairan Candikusuma.

Saiful menceritakan, kejadian KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali sekitar pukul 00.30 WIB.

Saat itu, kata Saiful, kapal tiba-tiba dihantam ombak kencang hingga miring.

Dalam kondisi panik, Saiful memilih lompat ke tengah laut untuk menyelamatkan diri.

"Kapal tiba-tiba miring, terus saya loncat," katanya, dilansir Tribun Bogor.

Saiful nekat terjun ke tengah laut, padahal kondisinya tidak memakai jaket pelampung.

Meski demikian, ia berhasil selamat setelah memakai jaket yang ia temukan di tengah laut.

"Sebenarnya gak pakai jaket pelampung, saya nemu di laut, langsung saya anu (pakai)," jelasnya.

Menurutnya, saat itu, banyak penumpang kapal yang juga terombang ambil dengannya di tengah laut.

Sebelum ditemukan, Saiful mengaku sempat bertahan hampir empat jam di tengah laut.

"Terombang ambing di laut sampai jam 04.00 WIT," katanya lagi.

Sempat Merasakan Hal Aneh

Riko, pria 28 tahun asal Banyuwangi menjadi salah saksi hidup insiden KMP Tunu Pratama Jaya yang alami blackout kemudian tenggelam di selat Bali, Kamis 3 Juli 2025 dinihari.

Ia jadi salah satu dari 16 orang selamat dan berhasil ke pesisir Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali berkat bantuan nelayan setempat.

Pria asal Banyuwangi, Jawa Timur ini mengisahkan betapa "ngeri" insiden tersebut dan terjadi begitu cepat.

Riko yang bekerja sudah 5 tahun di KMP tersebut menuturkan, detik-detik sebelum KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam itu memang sempat trouble sebelumnya.

Sekitar pukul 23.30 WIB atau saat dirinya sedang istirahat tidur di kapal, ia merasakan hal aneh.

"Saya tidak begitu mengetahui (kejadiannya) karena saya istirahat tidur karena harus jaga karena jam 01.00 WIB mau jaga," tutur Riko. 

Saat itu, ia merasakan bahwa kapal motor penumpang yang sudah berusia sekitar 15 tahun itu terasa miring ke kanan.

 Ia pantas bergegas bangun dan mengambil handphone lantas mencari posisi tertinggi ke atas. 

"Sekitar setengah 12 malam, udah kerasa kayak miring ke kanan, saya langsung bangun ambil handphone langsung cari posisi tertinggi. Kapal ke kanan saya lari ke kiri karena jika posisi terendah ikut kapal tenggelam," kenangnya. 

Pria yang jadi ABK pada bagian dek kapal ini melanjutkan, setelah miring kapal mengalami blackout hingga akhirnya dia memutuskan untuk lompat ke laut.

Di tengah laut, dia berusaha memanggil semua orang, baik ABK maupun penumpang yang ia lihat.

Setelah terkumpul, barulah berusaha menggunakan life raft atau jenis perahu karet seperti pelampung warga orange

(Tribunnews.com/Suci Bangun Dwi Setyaningsih/Tribun-Bali.com/Kompas.com)

 

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News