“Kalau dari analisis lingkungan, saya meyakini ini adalah salah satu tindakan bunuh diri, karena tidak ada pihak lain yang keluar masuk saat kejadian,” kata
Analisis Lakban dan Sidik Jari yang Menegaskan Dugaan
Menurut Adrianus, salah satu bukti yang paling menguatkan adalah lakban yang melilit kepala Arya. Dari hasil penyelidikan polisi, sidik jari yang tertinggal di lakban hanya milik korban.
“Artinya, bisa diduga Arya sendiri yang melakban kepalanya untuk menutup jalur napas. Kemungkinan, ia lebih dulu menenggak obat tidur,” ujarnya.
Kombinasi antara kondisi kamar yang terkunci, tidak adanya orang lain, serta lakban yang hanya memuat sidik jari Arya, membentuk pola dugaan bunuh diri yang sulit diabaikan.
Penilaian Kriminolog Lain: Ada Kemungkinan Tekanan Psikis
Kriminolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Suprapto, mengingatkan bahwa analisis terlalu dini bisa menyesatkan. Ia membuka kemungkinan bahwa Arya menghadapi tekanan mental atau gangguan fisik yang berat.
“Kalau memang tidak ditemukan kekerasan, bisa jadi ini disebabkan penyakit tertentu atau tekanan jiwa berat,” ucap Suprapto.
Ia menambahkan, posisi lakban pada kepala juga bisa menjadi indikator kuat motif kematian.
“Mungkin saja lakban digunakan untuk menahan rasa sakit ekstrem akibat kondisi medis yang diderita,” tambahnya.
Hal lain yang membuat dugaan semakin dalam adalah bahwa keluarga, termasuk sang istri, tidak mengetahui masalah yang sedang dihadapi Arya. Artinya, beban itu dipikul Arya sendiri dalam diam.
Proses Penyelidikan Masih Berjalan
Tim Inafis gabungan dari Mabes Polri, Polda Metro Jaya, dan Polres Jakarta Pusat kembali menyambangi TKP pada Rabu siang untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.
Mereka masuk ke dalam kamar korban, memeriksa area sekitar, termasuk rekaman CCTV dan barang-barang milik Arya.
Kapolsek Metro Menteng Kompol Rezha Rahandhi mengatakan bahwa hasil otopsi masih ditunggu, terutama bagian toksikologi dan histopatologi.