Dari penjelasan yang ia terima, skema investasi ini tampak dijalankan berdasarkan kepercayaan, tanpa dasar perjanjian resmi yang jelas.
"Jadi mereka ini seperti bisnis bersama. Korban yang lapor ke saya itu ternyata juga seller, dan dia juga memodali pelaku. Sistemnya kepercayaan. Padahal banyak dari mereka yang bahkan nggak kenal dekat," terang Arpan.
Kasus ini terungkap ketika salah satu korban yang juga merupakan penjual baju branded online merasa tertipu setelah menyerahkan sejumlah uang.
Pelaku dan korban awalnya saling mengenal lewat transaksi jual beli online, hingga akhirnya muncul tawaran kerja sama investasi.
Dari pengakuan GF, uang dari para korban memang masuk ke rekening pribadinya.
"Setahu saya, memang dia yang mengakui menerima uang," kata Arpan.
Pada awal laporan, hanya tiga korban yang datang ke rumah pelaku. Namun keesokan paginya, jumlah warga yang merasa menjadi korban terus bertambah.
"Awalnya cuma tiga orang. Tapi besok paginya banyak. Puluhan orang datang bergantian. Saya sampai harus datang lagi untuk mengamankan situasi supaya warga saya nggak ribut," tutupnya. (m30)