Ledakan di SMAN 72 Jakarta
Ledakan di SMA 72 Jakarta, Harits Abu Ulya: Jangan Sensasional, Jadi Alarm Moral Dunia Pendidikan
Dari indikasi yang ada, saya punya perspektif itu tindakan kekerasan dari individu yang frustasi. Sebuah aksi kriminal atau kenakalan remaja
Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
Laporan Wartawan
TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA- Ledakan yang terjadi di area masjid SMA Negeri 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (8/11/2025) diduga bukan merupakan aksi terorisme.
Pengamat Terorisme The Community Of Ideological Islamic Analyst Harits Abu Ulya menilai peristiwa tersebut lebih condong sebagai tindakan kekerasan yang lahir dari frustrasi individu.
“Dari indikasi yang ada, saya punya perspektif itu tindakan kekerasan dari individu yang frustasi. Sebuah aksi kriminal atau kenakalan remaja yang berlebihan,” ujar Harits saat dihubungi TribunTangerang.com, Jumat (8/11/2025).
Menurut Harits, aksi tersebut kemungkinan dipicu oleh faktor psikologis dan sosial yang kompleks, termasuk pengalaman menjadi korban perundungan (bullying).
“Kemarahan yang terpendam dan rasa ingin melawan yang tidak terbendung akhirnya merancang satu aksi kekerasan yang diarahkan kepada komunitas secara acak di mana ia tumbuh,” tambahnya.
Harits menjelaskan, kemudahan akses informasi di dunia maya memungkinkan generasi muda merakit bahan peledak sederhana.
"Ruang terbuka di dunia maya menyediakan panduan-panduan perakitan. Bagi Gen Z, tidak susah untuk mengakses atau bahkan mencari inspirasi,” jelasnya.
Ia menegaskan, jika dikaitkan dengan aksi terorisme, kasus ini kurang relevan.
“Variabel pokok seperti motif ideologi atau politik sulit ditemukan pada kasus tersebut,” ujarnya.
Baca juga: Sosok Terduga Pelaku Ledakan Bom di SMAN 72 Jakarta Disebut Siswa Kelas XII yang Kerap Dibully
Kendati demikian, Harits mengingatkan peristiwa ini menjadi sinyal darurat bagi dunia pendidikan dan keluarga. Ia menilai penting adanya pendidikan karakter di ruang-ruang belajar.
“Di ruang pembelajaran harus ada muatan soal sikap, keadaban dalam pergaulan, dan akhlakul karimah. Orang tua, guru, serta lembaga terkait perlu memberikan edukasi kepada generasi muda agar penggunaan gawai melahirkan dampak positif,” tegasnya.
Selain itu, ia juga mendorong pemerintah untuk memperkuat patroli digital.
“Negara dengan seluruh instrumen kekuatannya harus intens berpatroli di dunia maya untuk menghapus konten-konten kekerasan dan yang merusak moral,” tegas Harits.
Ia juga menyaroti narasi dan komunikasi publik pasca peristiwa ledakan perlu dilakukan dengan hati-hati dan beretika.
Menurutnya, penyampaian informasi yang berlebihan justru dapat menimbulkan kepanikan atau bahkan menginspirasi tindakan serupa.
“Cukup penting adanya pesan kepada publik bahwa masyarakat kita di era modern ini butuh keadaban, etika, tata krama, dan pergaulan sosial yang berperadaban,” ujar Harits.
Ia menegaskan, peristiwa kekerasan seperti ledakan di sekolah seharusnya dijadikan alarm moral bagi semua pihak untuk berbenah, bukan bahan sensasi publik.
Menurutnya cara efektif adalah dengan tidak membesar-besarkan kasus dalam diskusi di ruang publik. Tapi fokus pada peristiwa tersebut sebagai self reminder agar kita berbenah dengan posisi, kedudukan, dan peran fungsi kita masing-masing. Semua punya tanggung jawab moral,” jelasnya.
Harits mengingatkan setiap peristiwa kekerasan dapat menimbulkan dua efek bagi masyarakat bisa positif maupun negatif.
“Dari setiap peristiwa kekerasan atau teror akan dijadikan cermin pihak lain kemungkinannya bisa positif, seperti mendorong agar jangan meniru dan memperbaiki diri. Tapi bisa juga negatif, yakni menjadi inspirasi bagi orang lain untuk melakukan tindakan serupa,” pungkasnya. (m30)
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
| BISON Indonesia Duga Ledakan di SMAN 72 Bukan Tindakan Kriminal Biasa: Ada Upaya Divide et Impera |
|
|---|
| Pramono Pastikan Tanggung Biaya Perawatan Korban Ledakan di SMA 72 Jakarta |
|
|---|
| Sosok Terduga Pelaku Ledakan Bom di SMAN 72 Jakarta Disebut Siswa Kelas XII yang Kerap Dibully |
|
|---|
| Senjata Api Miliki Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Ternyata Hanya Mainan |
|
|---|
| Arti For Agartha, Brenton Tarrant dan Alexandre Bissonnette di 'Senjata' Teroris SMAN 72 Jakarta |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tangerang/foto/bank/originals/SMAN-72-Jakarta.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.