Ini Faktor Penghambat Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia, Salah Satunya Pandemi Covid-19

Pada 2019, angka buta aksara di Indonesia mencapai 3.081.136 jiwa atau 1,78 persen.

Editor: Yaspen Martinus
ISTIMEWA
Hampir 3 juta masyarakat Indonesia masih buta aksara. 

Provinsi lain yang terbilang tinggi buta aksarannya adalah Nusa Tengara Timur, Kalimantan Barat, Banten, dan Bali.

Baca juga: Diciduk KPK, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono: Tolong Tunjukkan yang Memberi Rp 2,1 Miliar Siapa?

"Ini yang perlu mendapat perhatian kita, bahwa persentase penduduk yang buta aksara masih tinggi."

"Di Papua masih tinggi, kira-kira 22 persen dari penduduknya masih buta aksara."

"Butuh perjuangan kita yang keras," paparnya.

Baca juga: Aksi Dukung Mendukung Anggota DPR kepada Calon Panglima TNI Dinilai Bikin Suasana Jadi Kurang Sehat

Jumeri menuturkan, pihaknya menyiapkan sejumlah strategi yang bisa ditempuh dalam memitigasi, serta mengurangi beban buta huruf yang masih ada di Indonesia.

Kata Jumeri, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memiliki data valid soal jumlah buta aksara.

Hal itu akan membantu dalam menentukan sasaran.

Baca juga: Takut Kabur, KPK Boyong 17 ASN Tersangka Kasus Jual Beli Jabatan di Probolinggo ke Jakarta

"Nah, kita memuktahirkan data buta aksara ini lewat berbagai platform."

"Salah satunya dengan Biro Pusat Statistik dari hasil sensus, survei dan sebagainya."

"Tentu akan punya data yang akurat tentang buta huruf di negeri kita," beber Jumeri.

Baca juga: Sertifikat Vaksinasi Covid-19 dan NIK Jokowi Bocor, Data Pejabat di PeduliLindungi Kini Ditutup

Kemudian, Jumeri menjelaskan soal program pengembang pembelajaran yang inovatif.

Sehingga, sekarang ada pralform digital, platform internet yang bisa digunakan untuk memperluas jaringan menghapus atau mengurangi buta aksara.

"Jadi banyak ikhtiar-ikhtiar yang kita lakukan, strategi-strategi yang bisa kita lakukan, untuk bisa menurunkan buta aksaran ini."

Baca juga: Di LHKPN, Bupati Banjarnegara Cuma Punya Satu Rumah dan Sebidang Tanah, KPK Tak Percaya

"Jadi kita harus punya stratgi yang lebih inovatif untuk berbiaya murah, tapi punya jangkauan yang jauh lebih luas," paparnya.

Kemudian, lanjut Jumeri, ada strategi penuntasan.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved