Virus Corona

Agar Pandemi Covid-19 Bisa Segera Jadi Endemi, Pakai Masker Tak Perlu Disuruh-suruh Lagi

Muhadjir mengatakan, kunci untuk mengubah status pandemi jadi endemi adalah kesadaran masyarakat, untuk terus terbiasa mematuhi protokol kesehatan.

Editor: Yaspen Martinus
kemenkopmk.go.id
Menko PMK Muhadjir Effendy mengungkapkan, pemerintah sedang menyiapkan transisi pandemi Covid-19 jadi endemi. 

TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkapkan, pemerintah sedang menyiapkan transisi pandemi Covid-19 jadi endemi.

Hal itu, menurutnya, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, karena Covid-19 diangap tidak akan hilang dalam waktu dekat.

Muhadjir mengatakan, kunci untuk mengubah status pandemi jadi endemi adalah kesadaran masyarakat, untuk terus terbiasa mematuhi protokol kesehatan.

Baca juga: LaporCovid-19 Terima Aduan Non Nakes Banyak Disuntik Vaksin Booster

"Tidak usah disuruh, tidak usah dipelototi oleh aparat, pak polisi tidak perlu menggiring semua orang untuk pakai masker."

"Maka itu endemi akan terjadi," tutur Muhadjir melalui keterangan tertulis, Senin (13/9/2021).

Selain itu, menurutnya, endemi akan terjadi juga bila masyarakat sudah terbiasa dan memiliki anggapan Covid-19 akan selalu berada di sekitarnya, seperti penyakit pada umumnya.

Baca juga: Dianggap Layak Jadi Menkopolhukam, Sufmi Dasco Ahmad: Tidak Terlintas Sedikitpun di Pikiran Saya

"Pokoknya kalau kesadaran masyarakat tumbuh, maka proses endemisasi dari Covid-19 sudah berjalan," kata Muhadjir.

Masyarakat, kata Muhadjir, juga bisa memahami akan kondisinya, seperti berani memeriksakan diri saat merasa tertular Covid-19, dan memeriksakan diri saat menjadi kontak erat.

Pemerintah, kata Muhadjir, saat ini menggencarkan vaksinasi Covid-19 sebagai salah satu langkah persiapan transisi pandemi jadi endemi.

Baca juga: Ada Potensi Korupsi, Asal Uang Santunan Keluarga Korban Kebakaran Lapas Tangerang Dipertanyakan

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Covid-19 tidak akan mungkin hilang.

Oleh sebab itu, kita harus mulai menyiapkan transisi dari pandemi ke endemi, dan mulai belajar hidup bersama dengan Covid-19.

Hal itu dikatakan Jokowi, saat meninjau vaksinasi Covid-19 bagi pelajar Sekolah Luar Biasa (SLB) di SLB Negeri 1 Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (10/9/2021).

Baca juga: Setelah MK Nyatakan TWK Konstitusional, Kini Giliran MA Tolak Gugatan Uji Materi Pegawai KPK

Dikutip dari laman setkab.go.id, berikut ini pernyataan lengkap Jokowi:

Selamat pagi,

Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Pagi hari ini saya meninjau pelaksanaan vaksinasi untuk kurang lebih 375 pelajar SLB (Sekolah Luar Biasa).

Yang kita harapkan ini bisa memberikan perlindungan, memberikan proteksi secara maksimal kepada para pelajar SLB.

Dan vaksinasi bagi pelajar ini juga merupakan bagian dari upaya perluasan vaksinasi yang kita lakukan untuk mengendalikan penyebaran Covid-19, terutama Varian Delta.

Karena kita tahu bahwa Covid-19 ini tidak mungkin akan hilang.

Dan oleh sebab itu, kita harus mulai menyiapkan transisi dari pandemi ke endemi dan juga mulai belajar hidup bersama dengan Covid-19.

Ini penting saya sampaikan, agar kita tidak euforia yang berlebihan, senang-senang yang berlebihan.

Karena kita semuanya, masyarakat harus sadar bahwa Covid-19 selalu mengintip kita, sehingga protokol kesehatan harus terus dilakukan, terutama memakai masker.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.

Terima kasih.

Kasus aktif Covid-19 di Indonesia kini sebanyak 109.869 orang per 12 September 2021, dan sebanyak 138.889 orang meninggal.

Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 12 September 2021, dikutip TribunTangerang dari laman Covid19.go.id:

DKI JAKARTA

Jumlah Kasus: 854.742 (20.6%)

JAWA BARAT

Jumlah Kasus: 698.657 (16.8%)

JAWA TENGAH

Jumlah Kasus: 477.203 (11.5%)

JAWA TIMUR

Jumlah Kasus: 390.646 (9.4%)

KALIMANTAN TIMUR

Jumlah Kasus: 154.589 (3.7%)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Jumlah Kasus: 153.048 (3.7%)

BANTEN

Jumlah Kasus: 130.416 (3.1%)

RIAU

Jumlah Kasus: 126.161 (3.0%)

BALI

Jumlah Kasus: 110.244 (2.6%)

SULAWESI SELATAN

Jumlah Kasus: 107.007 (2.6%)

SUMATERA UTARA

Jumlah Kasus: 101.749 (2.4%)

SUMATERA BARAT

Jumlah Kasus: 88.284 (2.1%)

KALIMANTAN SELATAN

Jumlah Kasus: 68.333 (1.6%)

NUSA TENGGARA TIMUR

Jumlah Kasus: 61.410 (1.5%)

SUMATERA SELATAN

Jumlah Kasus: 58.957 (1.4%)

KEPULAUAN RIAU

Jumlah Kasus: 53.039 (1.3%)

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Jumlah Kasus: 49.712 (1.2%)

LAMPUNG

Jumlah Kasus: 48.113 (1.2%)

SULAWESI TENGAH

Jumlah Kasus: 44.814 (1.1%)

KALIMANTAN TENGAH

Jumlah Kasus: 44.383 (1.1%)

KALIMANTAN BARAT

Jumlah Kasus: 38.493 (0.9%)

ACEH

Jumlah Kasus: 35.908 (0.9%)

KALIMANTAN UTARA

Jumlah Kasus: 33.840 (0.8%)

SULAWESI UTARA

Jumlah Kasus: 33.531 (0.8%)

PAPUA

Jumlah Kasus: 33.134 (0.8%)

JAMBI

Jumlah Kasus: 29.081 (0.7%)

NUSA TENGGARA BARAT

Jumlah Kasus: 26.832 (0.6%)

BENGKULU

Jumlah Kasus: 22.875 (0.5%)

PAPUA BARAT

Jumlah Kasus: 22.712 (0.5%)

SULAWESI TENGGARA

Jumlah Kasus: 19.910 (0.5%)

MALUKU

Jumlah Kasus: 14.403 (0.3%)

SULAWESI BARAT

Jumlah Kasus: 11.900 (0.3%)

MALUKU UTARA

Jumlah Kasus: 11.876 (0.3%)

GORONTALO

Jumlah Kasus: 11.509 (0.3%). (Fahdi Fahlevi)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved