Asli Tangerang
Yuk Wisata ke Rumah Makan Pabrik Tahu Na Po Tet yang Melegenda Sejak 1965 di Tangerang Selatan
Berwisata ke pabrik tahun Na To Pet, tidak saja mencicipi panganan dari kedelai, tapi bisa menikmati suasana asri.
Penulis: Rizki Amana | Editor: Dian Anditya Mutiara
TRIBUNTANGERANG.COM, SETU - Siapa yang menyangka, sebuah pabrik tahu justru menghadirkan nuansa asri dan sejuk untuk menikmati waktu sembari menyantap hidangan yang telah dipesan bersama keluarga tercinta.
Ya, kondisi itulah yang akan kita rasakan saat berkunjung ke pabrik tahu Na To Pet di Jalan Tekukur X No 2, Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Pabrik tahu yang telah melegenda di Kota Tangsel ini telah berdiri sejak tahun 1965 silam.
"Berdirinya pabrik itu dari tahun 65, sebelumnya kakek saya sudah bikin. Jadi ke saya itu sudah generasi ketiga," ucap Eno Tan (50) generasi ketiga dari pemilik Pabrik Tahu Na Po Tet saat ditemui TribunTangerang.com di lokasi, Kecamatan Setu, Kota Tangsel, Sabtu (6/11/2021).
Tak urung dimakan waktu, pabrik ini justru terus bertransformasi menjadi rumah makan dengan konsep nuansa alam.
Ceritanya, kala itu pandemi covid-19 mulai melanda Indonesia para generasi penerus dari tahu tersebut pun mulai memikirkan keberlangsungan dari pabrik tahu yang keberadaannya telah melegenda itu.

Para generasi penerus pun mulai melihat peluang untuk dapat mempertahankan pabrik tersebut di tengah kondisi pandemi covid-19 yang berimbas akan mati surinya sejumlah perekonomian masyarakat.
Ditambah, para penggowes sekitar kawasan perumahan tersebut kerap mampir dan bercengkrama sejenak sembari menyantap tahu dari pabrik tersebut.
"Sejak pandemi melanda. Kan banyak orang olahraga gowes sepeda awal-awalnya makan tahu goreng di sini, terus kita siapin yang lainnya saja begitu. Jadi sekalian juga rumah makan," ungkapnya.
Gagasan mendirikan rumah makan bernuansa alam itu terinspirasi dari banyaknya pohon jati yang ditanam sang generasi penerus pada halaman belakang pabrik.
Baca juga: Kecap Tertua Asal Tangerang, Bagaiman Bisa Bertahan Ditengah Persaingan
Rindangnya pohon jati tersebut membuat sang generasi penerus menambah sejumlah fasilitas berupa gazebo pada sejumlah titik halaman.
Ditambah, fasilitas kolam kecil dan sejumlah sarana taman bermain anak menghiasi rumah makan pada Pabrik Tahu Na Po Tet itu.
"Kita enggak sengaja saja, kita tanam pohon jati ini sudah hampir 20 tahun makanya jadi rindang sendiri. Kita memang keluarga besar jarang ada yang ke luar kota tinggalnya, jadi sekitar sini saja dan banyak kumpulnya di sini, jadi konsepnya begini," ucapnya.
Selain menu utama yang disajikan, rumah makan itu turut pula memanjakan para pelanggannya dengan sajian nusantara lainnya.
Baca juga: 3 Lokasi Bersejarah ini Wajib Dikunjungi di Kawasan Pasar Lama Tangerang
Kata Eno, menyajikan makanan nusantara lebih sesuai untuk rumah makan yang bernuansa alam tersebut.
"Di sini menu utama yang jelas tahu ya. Ada tahu goreng, tahu isi, tahu aci. Terus ada gado-gado, ada pecak ikan, ada ayam goreng, ada sayur asem ya makanan Betawi saja, makanan kita sehari-sehari nusantara," katanya.
Eno Tan mengisahkan ramainya pengunjung yang datang ke rumah makan tersebut turut serta dibarengi dengan rasa penasarannya akan mencicipi tahun yang telah melegenda itu.
Tak jarang para pelanggan justru membeli tahu mentah langsung ke pabrik tersebut untuk di bawa pulang.
Ia pun mengaku menjaga resep secara turun menurun menjadi modal utama keluarganya dapat mempertahankan tahu yang telah melegenda tersebut.
"Kunci tertentu kita dari turun menurun resep kita itu tidak pernah pakai pengawet seperti formalin. Jadi kita manual dan bikinnya juga secara tradisional. Rasa yang kita utamakan itu resep dari nenek moyang," ungkapnya.
Sekedar informasi, rumah makan Pabrik Tahu Na Po Tet beroperasi pada hari Selasa hingga Minggu sejak pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. (m23)