Lansia

Lansia Sebatang Kara di Kota Tangerang Kini Tinggal di Rumah Perlindungan Sosial

Para lansia yang sudah tidak memiliki keluarga dan menjadi tuna wisma dilayani di Rumah Perlindungan Sosial. Mereka belajar kemandirian di rumah ini.

Penulis: AndikaPanduwinata | Editor: Intan UngalingDian
Tribun Tangerang/Andika Panduwinata
Para lansia sedang berolahraga pagi di Rumah Perlindungan Sosial. 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Juju (68) hidup sebatang kara.

Saat usianya sudah lanjut usia, tak ada satu dari anggota keluarganya menemaninya. 

Suami tercintanya telah meninggal dunia. Bahkan anak semata wayangnya pun telah tiada. 

Kendati demikian Juju harus bertahap hidup. Hidupnya sempat terkatung-katung hingga akhirnya 'terdampar' di Rumah Perlindungan Sosial Kota Tangerang. 

"Saya sudah tidak punya keluarga lagi, sendirian," ujar Juju terdengar lirih saat dijumpai Tribuntangerang.com,  di Rumah Perlindingan Sosial, Kota Tangerang Kamis (11/11/2021). 

Dia mengaku, untuk memenuhi kebutuhan makan saja susah.

Mengumpulkan botol plastik kemasan air minun dilakukannya aga bisa menutupi kebutuhan hidup sehari-hari dan membayar rumah kontrakan.

"Tidak punya rumah, dulu ngontrak," ucapnya.

Baca juga: PMI DKI Jakarta Berikan Penghargaan pada 120 Orang Lansia yang Telah Donor Darah Sebanyak 75 kali

Baca juga: Capaian Vaksinasi Covid-19 Lansia Masih Dibawah Target, Wali Kota Sebut Karena Adanya Komorbid

Lansia
Lansia senga belajar musik dan memainkan angklung di Rumah Perlindungan Sosial, di Kota Tangerang. (Tribun Tangerang/Andika Panduwinata)

Nasib pilu itu menemaninya hingga tiga tahun ini. Kemudian, Juju dibawa ke Rumah Perlindungan Sosial, Kota Tangerang.

"Tetangga-tetangga pada kasihan sama saya, lalu RT sama RW setempat menyarankan saya dibawa ke sini," kata Juju sendu. 

Rumah Perlindungan Sosial tersebut di satu gedung dengan Dinas Sosial Kota Tangerang. Tempat ini dikhususkan bagi para lansia terlantar. 

Kabid Rehabilitasi Sosial pada Dinsos Kota Tangerang dr Feriansyah menjelaskan bahwa Rumah Perlindungan Sosial layaknya panti jompo yang dikelola pemerintah.

Rumah Perlindungan Sosial itu satu-satunya hanya ada di Indonesia untuk merawat lansia dalam menjalani kehidupannya.

"Tidak berbayar, malah gratis di sini," kata Feri.

Feri merinci untuk saat ini Rumah Perlindungan Sosial menampung sebanyak 19 lansia. Total daya tampungnya ada 40 orang.

"Kami berikan fasilitas tempat tidur, makan hingga sejumlah kegiatan yang bermanfaat," tutur Feri. 

Orang-orang yang ditampung di rumah tersebut harus memenuhi persyaratan terlebih dulu dan memiliki nilai-nilai tertentu.

"Paling pertama, apa orang ini punya keluarga atau tidak," katanya.

Orang-orang tersebut biasanya terkena razia petugas Satpol PP yang menggelar operasi PKMS.

"Kemudian kami lakukan sejumlah pertanyaan," ujarnya.

"Ditanya warga mana dan dipanggil RT sama RW-nya. Kalau penjelasan dari RT RW-nya memang orang ini tidak punya keluarga, maka bisa ditampung di Rumah Perlindungan Sosial ini," kata Feri lagi.

Baca juga: Ahli Rekomendasikan Lansia dan Pengidap Imun Lemah Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Nataru, Pemerintah Gencarkan Vaksinasi Lansia

Dijemput keluarga 

Hal paling mengharukan terjadi jika lansia dijemput sanak keluarganya di Rumah Perlindungan Sosial. Padahal lansia itu sudah tinggal bertahun-tahun di Rumah Perlindungan Sosial ini.

Seperti yang dialami oleh Iin (70) yang dalam waktu dekat ini dijemput oleh seseorang yang mengaku sebagai adiknya.

Awalnya Iin ditampung di tempat ini karena terjaring operasi PMKS. Dia sama sekali tidak punya sanak saudara di Kota Tangerang.

Selama tiga tahun terakhir ini, dia menghabiskan hari-harinya di Rumah Perlindungan Sosial. Kehangatan Iin sudah terbangun dengan para lansia lainnya.

"Saya sudah 3 tahun di sini, Minggu depan katanya mau dijemput adik," ujar Iin.

Iin baru bisa ditemui adiknya dari informasi grup orang hilang. Dari grup itu tersebar wajah dan ciri-ciri Iin yang sedang dicari oleh keluarganya ini.

"Adik saya jemput dari Lampung," ujarnya.

Padahal Iin mengaku sudah sangat betah di sini. Belum lagi dengan aktivitas yang dilakukan setiap harinya.

"Sedih juga harus pisah sama teman-teman yang lain di sini," tutur Iin.

Baca juga: INI 5 Lima Faktor Lansia Rentan Terserang Penyakit di Masa Pandemi Covid-19, Salah Satunya Kesepian

Baca juga: Epidemiolog Sarankan Lansia Disuntik Vaksin Booster untuk Antisipasi Penyebaran Varian Mu

Lansia
Lansia (Tribun Tangerang/Andika Panduwinata)

 

Berkebun dan belajar

Berdasarkan pantauan Tribuntangerang.com, Rumah Perlindungan Sosial ini banyak memiliki sekat ruang. Tiap ruang itu terdiri satu kamar.

Satu kamar di dalamnya terdapat tiga tempat tidur. Untuk lansia perempuan dan lelaki dipisah jaraknya. 

Mereka kesehariannya menikmati aktivitas pagi berolahraga. Setelah berolahraga bersama para lansia ini, mereka berkebun.

Terdapat lahan kebun dan kolam ikan di belakang Rumah Perlindungan Sosial. Kebun itu  ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan. 

 Para lansia ini juga terlihat antusias merawat kebun tersebut.

"Aktivitas mereka memang kesehariannya tiap pagi olahraga. Kemudian setelah itu berkebun untuk mengisi kekosongan," kata Feri. 

Dia menerangkan bahwa kegiatan berkebun untuk melatih kemandirian lansia. Hasil panennya pun untuk bersama-sama.

"Selain itu mereka juga belajar. Paling sering siraman rohani," kata Feri.

Tak hanya itu, mereka juga belajar musik seperti para lansia diajari menggunakan alat musik.

"Tiap hari Jumat ada pembelajaran main angklung sehingga mereka happy," ujar Feri.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved