Keluhan Pedagang di Pasar Induk Jatiuwung, Omzet Turun hingga Pengurangan Karyawan
Sepinya masyarakat yang berbelanja di pasar tersebut, membuat mereka harus memutar otak memikirkan segala cara, guna dapat mempertahankan usahanya.
Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Mohamad Yusuf
TRIBUNTANGERANG.COM, JATIUWUNG - Puluhan pedagang yang berjualan di Pasar Induk Jatiuwung mengeluhkan, penurunan omzet pendapatan sehari-hari mereka.
Sepinya masyarakat yang berbelanja di pasar tersebut, membuat mereka harus memutar otak memikirkan segala cara, guna dapat mempertahankan usahanya masing-masing.
Mamat, salah seorang pedagang komoditi bawang di pasar tersebut mengaku, harus memecat dua orang karyawannya, lantaran pendapat yang tidak menutupi pengeluaran.
Sebelumnya, Mamat memiliki tiga orang anak buah yang bertugas membantunya melayani para pelanggan, baik untuk menghitung setiap barang dagangan hingga mengangkat barang dagangan ke kendaraan para pembeli.
"Tadinya saya punya tiga orang anak buah yang membantu saya disini, tapi karena pendapatan kita berkurang terpaksa saya memecat dua anak buah saya lainnya, agar dapat menutupi pengeluaran," ujar Mamat saat diwawancarai TribunTangerang, Jumat (7/1/2022).
"Saya enggak punya pilihan, soalnya pendapatan sekarang itu sangat sedikit setiap harinya," imbuhnya.
Mamat yang telah berjualan di Pasar Induk Jatiuwung sejak bulan Agustus 2021 lalu mengaku, menurunnya jumlah pelanggan yang datang, lantaran terdapat dua pasar induk yang beroperasi di Kota Tangerang, yakni Pasar Induk Tanah Tinggi.
Hal tersebut dinilai Mamat menjadi penyebab, masyarakat yang ingin berbelanja ke pasar induk terpecah menjadi dua bagian.
"Kalau menurut saya, masyarakat yang berbelanja ke pasar induk itu terbagi menjadi dua, sebagian ke Tanah Tinggi dan sisanya ke Jatiuwung. Sedangkan di Pasar Induk Jatiuwung ini pedagangnya banyak banget, semakin membuat berkurang lagi pelanggan yang datang," kata dia.
Hal senada juga dikeluhkan oleh Yadi, salah satu pedagang sayur-mayur di pasar tersebut.
Yadi menyebut, sebelumnya dalam sehari dirinya mampu menjual 9 ton sayuran dari berbagai jenis.
Namun semenjak beberapa bulan terakhir, jumlah pedagang semakin menurun, hingga membuat dirinya hanya mampu menjual tiga ton komodity sayur dalam jangka waktu dua hari.
"Awal-awal itu saya bisa menjual sayur 9 ton dalam sehari pasti habis, tapi sekarang saya cuma menyediakan tiga ton saja, itu pun baru habis dalam dua hari," tambah Yadi.
"Makanya saya bingung banget melihat situasi sekarang ini, soalnya sudah banyak pedagang disini yang menyerah karena terus merugi, bisa dilihat banyak lapak yang kosong disini," sambungnya.
Yadi menyebut, faktor yang menyebabkan sepinya pelanggan yang datang ke pasar tersebut, ialah karena masih beroperasinya Pasar Induk Tanah Tinggi.