Berita Tangerang
Disperindagkop Tangerang Jual Minyak Goreng Rp 14.000 Per Liter, Ini Syaratnya
Operasi pasar yang digelar Disperindagkop UKM yang menjual minyak goreng Rp 14.000 per liter langsung diserbu warga Tangerang
Penulis: AndikaPanduwinata | Editor: Dian Anditya Mutiara
1. Lonjakan Harga Minyak Nabati Dunia
Kenaikan harga minyak goreng saat ini dipengaruhi oleh harga crude palm oil (CPO) dunia yang naik menjadi 1.340/MT dolar Amerika.
Kenaikan harga CPO ini menyebabkan harga minyak goreng ikut naik cukup signifikan.
Namun selain CPO ada juga faktor lain yakni kenaikan harga minyak nabati dunia.
Penyebab kenaikan harga karena gangguan cuaca yang menekan tingkat produksi minyak nabati dunia.
"Secara total, produksi minyak nabati dunia anjlok 3,5 % di tahun 2021. Padahal, setelah lockdown mulai dilonggarkan, permintaan meningkat. Jadi, short supply picu kenaikan harga," kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (6/1/2022).
Produksi minyak nabati dunia tahun 2022 diprediksi tidak akan berbeda dibandingkan tahun 2021.
Sementara permintaan dunia diprediksi naik jadi 240,4 juta ton dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 240,1 juta ton.
2. Permintaan Biodiesel untuk Program B30
Pemerintah memiliki program B30 yakni mewajibkan pencampuran 30 persen Biodiesel dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis Solar.
Tujuan program ini ialah agar semakin mengurangi laju impor BBM sehingga meningkatkan devisa negara.
Namun, saat ini kondisinya sedang tidak ideal, di mana produksi CPO sedang menurun.
Di sisi lain kebutuhan pangan akan minyak goreng tetap tinggi.
Ada desakan dari pengusaha agar mandatori B30 atau kewajiban pencampuran minyak sawit sebanyak 30 persen pada solar kembali dikurangi.
Dengan kata lain kebijakan mandatori B30 turut menjadi sasaran untuk menekan lonjakan harga minyak goreng di Tanah Air.