Imlek

Mengenal Sejarah Vihara Karuna Jala Boey Hay Bio sebagai Vihara Tertua di Kota Tangsel

Kota Tangsel yang memiliki 7 kecamatan ini memiliki sederet riwayat yang bisa ditelisik dari bangunan bersejarah. 

Penulis: Rizki Amana | Editor: Intan UngalingDian
Tribun Tangerang/Rizki Amana
Lilin-lilin merah besar memenuhi halaman utama Vihara Karuna Jala Boen Hay Bio di kawasan Pasar Lama Serpong, Cilenggang, Kota Tangsel. Vihara ini termasuk vihara tertua di Kota Tangerang Selatan. Usinya sudah mencapai lebih dari 300 tahun. 

TRIBUNTANGERANG.COM, SERPONG - Kota Tangerang Selatan (Kota Tangsel) telah menginjak usia 13 tahun sejak resmi menjadi wilayah otonom pada 26 November 2008. 

Kota Tangsel yang memiliki 7 kecamatan ini memiliki sederet riwayat yang bisa ditelisik dari bangunan bersejarah. 

Seperti Vihara Karuna Jala Boen Hay Bio di Pasar Lama Serpong RT 014/005, Cilenggang, Serpong, Kota Tangsel. 

"Sekarang umur atau usia (vihara) kurang lebih 300 tahun lebih. Vihara ini sudah berdiri tahun 1694," kata Tatang Jong Fendy, Ketua Boen Hay Bio Vihara Karuna Jala kepada Tribuntangerang.coml, Sabtu (22/1/2022).

Vihara Karuna Jala Boen Hay Bio itu boleh dibilang vihara tertua di Kota Tangsel karena usianya sudah lebih dari 3 abad.

Baca juga: Vihara Tjong Tek Bio Lakukan Berbagai Persiapan Bangun Tempat Pembakaran Abu Jelang Imlek

Baca juga: Sambut Tahun Baru Imlek, Kenali Kekuatan dan Kelemahan Shio Macan

Seorang pria sedang berdoa di Vihara Karuna Jala Boen Hay Bio di kawasan Pasar Lama Serpong, Cilenggang, Kota Tangsel, Sabtu (22/1/2022).
Seorang pria sedang berdoa di Vihara Karuna Jala Boen Hay Bio di kawasan Pasar Lama Serpong, Cilenggang, Kota Tangsel, Sabtu (22/1/2022). (Tribun Tangerang/Rizki Amana)

Tatang mengatakan, kisah vihara tentang pendiriannya tersebut disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Dia bertutur, pendirian vihara diawali ketika ada pelarian warga etnis Tionghoa saat terjadi kerusuhan.

"Cerita leluhur saya atau nenek moyang saya dulunya ini vihara didirikan sama orang terkaya di sini tapi dengan bangunan seadanya."

"Jadi waktu itu sebuah desa ada kerusuhan akhirnya banyak orang Tionghoa mengungsi ke Jakarta," ucapnya. 

Kemudian, pelarian itu kembali desa tempat tinggalnya.

Namun sepanjang perjalanan kembali ke tempat asalnya, orang etnis Tionghoa itu memilih singgah sementara waktu di vihara itu. 

Ketika pelarian itu mendapat kabar bahwa di kampung halamannya masih terjadi kerusuhan dan peperangan, lantas dia membatalkan mudik.

Baca juga: Jangan Lakukan 10 Hal Tabu Ini saat Tahun Baru Imlek Jika Ingin Dapat Keberuntungan

Baca juga: 15 Hal Ini Perlu Anda Ketahui tentang Tahun Baru Imlek

Sambil menunggu keadaan di kampung halaman benar-benar aman, para pelarian itu berkumpul di Boen Hay Bio.

Akan tetapi, mereka justru merasa aman saat menghuni dalam vihara tersebut.

Lantas, sejumlah orang memilih tinggal dan mendiami vihara tersebut hingga menjadi lokasi pengungsian bagi etnis Tionghoa. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved