Modifikasi Kue Tradisional ala Gethuk Wisanggeni agar tak Kalah dengan Makanan Kekinian
Tak Lekang Ditelan Zaman, Getuk Jajanan Tradisional Masih Banyak Diminati Kaum Muda Mudi
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, BEKASI - Kue tradisional menjadi salah satu warisan khas Indonesia yang kenikmatannya tidak pernah akan hilang.
Meski pun saat ini bermunculan makanan kekinian, kue tradisional tetap jadi pilihan banyak orang.
Salah satunya, kue tradisional getuk ,yakni panganan terbuat dari bahan dasar singkong.
Makanan ini menjadi makanan khas kebanggaan masyarakat Magelang, Jawa Tengah.
Tidak hanyak eksis di Magelang, kini getuk masih banyak diminati warga Kota Patriot yakni Kota Bekasi.
Baca juga: Penggemar Kue Pukis Kekinian Bisa Pilih Beragam Rasa dan Topping di Poekisan
Anin penjual Gethuk Wisanggeni mengatakan bahwa setiap harinya bisa menghabiskan 45 porsi. Untuk 1 porsinya berisi 3 Gethuk dengan berbagai varian rasa.
"Masih banyak peminatnya, sehari saja bisa habis semua. Sekiranya 45 porsi," ucap Anin saat ditemui Wartakotalive.com, di Rawalumbu, Kota Bekasi, Sabtu (5/2/2022).
Dagangannya bisa habis terjual, bukan tanpa alasan, melainkan dirinya memodifikasi model dari Gethuk menjadi bulat dan menambah berbagai varian rasa.
"Iya kalau dulu kan bentuknya kotak, sekarang dicoba bentuk jadi bulat dan varian rasanya ditambah seperti ada cokelat, stroberi, dan lain-lain, terus ditambah dengan parutan kelapa" ucapnya.
Baca juga: Resep Kue Kering Natal dari Chef Devina Hermawan: Kastengel, Nastar dan Thumbprint Cookies
Pecinta kue tradisional getuk bukan hanya dari kalangan orangtua saja, tetapi masih banyak juga muda mudi yang memburu makanan bertekstur lembut itu.
"Kadang malah banyak pasangan anak muda juga yang beli, jadi bukan hanya orangtua saja," jelas dia.
Untuk menikmati lezatnya kue berbahan dasar ketela pohon ini, masyarakat hanya merogoh kocek sebesar Rp10.000 per porsi.
"Murah meriah saja, 1 porsi isi 3 Gethuk 10 ribu bisa campur rasa apa saja," tambah dia.
Demi menjaga cita rasa, apabila getuk mulai berembun akibat faktor cuaca, Anin langsung mengganti kembali mika berwarna bening itu dengan yang baru.

Perempuan 25 tahun ini, berharap semakin banyak pedagang kue tradisional.
Sehingga, tidak kalah saing dengan makanan kekinian dari luar.
"Semoga semakin banyak yang bisa melestarikan makanan tradisional ya, tapi dimodifikasi lagi aja biar tidak ketinggalan dan bosan. Kalau dimodifikasi kan jadi penasaran orang-orang," tuturnya. (m27)