Pengelolaan Pangan di Indonesia Dianggap Semerawut, Ketergantungan Impor Tinggi dan Harga Fluktuatif
Tingginya jumlah impor pangan serta fluktuatifnya harga-harga kebutuhan pokok menunjukkan semrawutnya pengelolaan pangan di Indonesia.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Lilis Setyaningsih
Berdasarkan data Kementan 2015-2021, ungkap dia, produksi kedelai turun dari semula 963.000 ton menjadi hanya 211.000 ton. Di sisi lain menurut BPS tahun 2010-2014. impor rata-rata kedelai 1.900.304,48 ton per tahun sedangkan periode 2015-2020 rata-rata impor mencapai 2.486.971,883 ton per tahun atau naik sekitar 23,5 persen.
Baca juga: Pabrik Jual Minyak Goreng ke Pabrik Kosmetik Diduga Bikin Rantai Penjualan ke Bawah Jadi Kacau
“Beberapa komoditas penting lainnya seperti daging sapi dan bawang putih terus mengalami peningkatan impor, sehingga semua yang disampaikan Presiden Jokowi terkait dengan penghentian impor dan kedaulatan pangan hanyalah lip service (janji manis) belaka,” jelasnya.
Dia menambahkan, ketidakjelasan kebijakan pemerintah terhadap degradasi pengelolaan pangan nasional memberikan dampak buruk, karena anggaran pangan terus mengalami penurunan.
“Sebagai contoh pda 2015, anggaran Kementerian Pertanian masih sekitar Rp 37,72 triliun. Angka ini terus mengalami penyusutan sampai tahun 2022, dan dipatok hanya sekitar Rp 14,45 triliun. Rendahnya anggaran Kementrian Pertanian ini menyebabkan banyaknya target-target tahunan yang tidak bisa dipenuhi,” katanya. (faf)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tangerang/foto/bank/originals/penimbunan-m-goreng.jpg)