Sejak 2018 IPB Buka Seleksi Mahasiswa Baru Lewat Jalur Ketua OSIS
Sejak 2018 IPB Buka Seleksi Mahasiswa Baru Lewat Jalur Ketua OSIS, selain jalur SNMPTN, SBMPTN dan jalur mandiri
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, BOGOR - Institut Pertanian Bogor atau IPB University merupakan salah satu perguruan tinggi favorit di Tanah Air.
Ribuan anak muda tamatan SMA, berlomba-lomba ingin masuk dan berkuliah di kampus ini setiap tahunnya.
Namun, hanya 4.000 orang yang bisa diterima sebagai mahasiswa baru pada kampus yang beralamat di Kecamatan Dramaga, Kota Bogor, Jawa Barat tersebut.
Saat ini, IPB mulai membuka pendaftaran mahasiswa baru untuk tahun ajaran 2022/2023.
Baca juga: Pohon Lea Seharga Rp 10 Juta Tumbuh Liar, Risma Ingin Anak Papua Kuliah di Institut Pertanian
Rektor IPB Prof Dr Arif Satria, SP, M.Si menjelaskan pihaknya kini menyediakan jalur seleksi khusus melalui Jalur Ketua OSIS.
"Untuk penerimaan mahasiswa baru tahun 2022, kami punya jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), jalur mandiri, dan jalur ketua OSIS," kata Arif dalam wawancara eksklusif dengan pemimpin redaksi Warta Kota Domu D Ambarita di IPB International Convention Center, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini.
Seleksi melalui Jalur Ketua OSIS ini, lanjut Arif, diluncurkan sejak 2018 lalu.
"Selama ini kan orang masuk perguruan tinggi melalui jalur akademik, semua dilihat dari nilai rapor. Sekarang kami masuk jalur OSIS karena dia punya bekal leadership," tuturnya.
Baca juga: Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar diperiksa polisi atas gelar profesornya
Melalui Jalur Ketua OSIS, IPB ingin mencetak calon-calon pemimpin. Karena itu, orang yang masuk harus punya modal leadership.
"Kalau inputnya sudah punya pengalaman Ketua OSIS, kami tidak perlu menyentuh terlalu dalam. Ketua OSIS itu sudah setengah jadi, tinggal poles sana, poles sini maka sudah jadi pemimpin," imbuhnya.
Dia menjelaskan tahun ini IPB menerima 4.000 mahasiswa untuk S1 (sarjana). Sekitar tiga persen dari total 4.000 mahasiswa program S1 ini berasal dari Jalur Ketua OSIS.
"Target saya lima persen, kalau bisa 10 persen lebih bagus lagi," ungkap Arif.
Baca juga: Survei Mandiri Institute Menyebutkan, UMKM sudah Lebih dapat Beradaptasi dalam Situasi Pandemi
Selain sebagai Ketua OSIS, ada juga syarat lain yang harus dipenuhi pelamar yaitu nilai harus memenuhi standar IPB.
"Kalau nilainya itu tidak standar IPB, kasihan juga nanti tidak bisa mengikuti perkuliahan dengan baik," jelasnya.
Total pada tahun 2021, IPB menerima sekitar 8.000 mahasiswa baru untuk jenjang S1, S2, S3 di 12 fakultas.
Arif mengaku fakultas yang menjadi pilihan favorit mahasiswa selalu berubah setiap tahun.
Baca juga: Rekomendasi 15 Perguruan Tinggi Terbaik untuk Dipilih Bagi yang Mau Kuliah di 2022
"Sekarang ini untuk SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tahun 2022 ini, yang paling tinggi prodi manajemen, kemudian statistik, ilmu komputer, gizi, dan teknologi pangan," ujarnya.
Menurut Arif, sekitar 70 persen lulusan IPB terserap pasar tenaga kerja kurang dari enam bulan.
"Ada juga yang sebelum lulus sudah diterima kerja. Kami akan terus meningkatkan itu," paparnya.
Lulusan IPB juga dibekali dengan integritas yang kuat serta kompetensi softskill seperti leadership, kemampuan kolaborasi, kerja sama, mengambil keputusan, komunikasi, kreativitas, menggerakkan orang, dan menyelesaikan konflik.
Baca juga: Doni Monardo Berikan Kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta Membuat Para Doktor Kagum
"Softskill ini diperlukan di mana pun. Sekarang di kantor selalu ada konflik. Jikalau orang enggak pernah terlatih, tidak akan bisa menghadapi itu," tambah Arif.
Menurut Arif, softskill ini perlu sekali dikembangkan dan dipadukan dengan kompetensi hardskill dari keilmuan.
IPB mempunyai kurikulum baru yaitu K2020 atau Kurikulum 2020. Kurikulum ini mengintegrasikan antara akademik, perkuliahan, dengan ekstrakurikuler.
Dengan mengintegrasikan dua hal ini, maka hasil atau sosok lulusan IPB benar-benar lengkap, mulai dari kompetensi, sofskill hingga perubahan mindset.
Baca juga: Bersiap Gelar Perkuliahan Tatap Muka, Ini Cara UMN Jadikan Kampus yang Aman dan Nyaman
Mahasiswa-mahasiswi IPB juga wajib mengikuti latihan "The 7 Habits of Highly Effective People" dari Stephen Covey. Pelatihan ini diberikan kepada 4.000 mahasiswa.
"Begitu masuk para mahasiswa dibagi menjadi sekian kelompok, satu kelompok 20 orang. Kami lihat itu selama seminggu. Mindset-nya sudah berubah," beber Arif.
"Jadi kalau ada yang kuliah di IPB, kami tidak hanya membekali mereka dengan sains dan teknologi tapi juga perubahan mindset, karakter, dan softskill," imbuhnya.
Selama pandemi Covid-19, media pembelajaran IPB sudah beralih dari konvesional jadi online. Begitu pun pelatihan "The 7 Habits" dilakukan daring.
"Pelatihan itu menjadi bagian dari proses pendidikan IPB yang ujungnya adalah menjadikan lulusan IPB menjadi agile learner, pembelajar yang cepat, pembelajar tangguh," kata Arif.
Baca juga: Mahasiswa Unis Tangerang Cari Tempat Kos Sambut Kuliah Tatap Muka Mulai Bulan Depan
Selama belajar online, IPB mendorong agar para mahasiswa menjadikan lingkungan rumah dan permukiman di mana pun tinggal sebagai sekolah.
"Mereka dilatih jadi pembelajar benaran, bukan belajar hanya dari dosen. Mereka dilatih belajar dari hidup. Kami tanamkan seperti itu. Dengan pola-pola pembelajaran seperti itu maka kuliah bukan sekedar ganti media menjadi online tetapi paradigma yang berubah," pungkas Arif.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tangerang/foto/bank/originals/Rektor-IPB-Prof-Dr-Arif-Satria-SP-MSi.jpg)